Khamis, 1 April 2010

RENUNGAN DARI PERTANYAAN PARA MALAIKAT, KENAPA ALLAH MENJADIKAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAHNYA DI BUMI

Bismillaahirrahmaanirrahiim



PIKIRAN TELAH MEMBAWA MANUSIA
KE ALAM SERBA TEKHNIK
NAFSU TELAH MENIPU AKAL MANUSIA
UNTUK BERPERANG SESAMANYA
HANYALAH AGAMA YANG HAQ YANG MAMPU
MENGHUKUM ANTARA AKAL DAN HAWA NAFSU
Ali al Asytar
Acheh - Sumatra



Persoalan utama West Papua adalah penjajahan. Justru itu perbe daan agama bukanlah hal yang signifikan untuk diperdebatkan. An daikata ada pihak yang ngotot mempermasalahkan perbedaan aga ma, momentum tersebut akan dimanfaatkan oleh penjajah untuk me ngadu domba antar pejuang Papua sebagaimana politik Belanda dulu yang terkenal dengan "Devide et Empere". Andaikata ada tuli san saya yang lalu, dapat memicu kepada perpecahan, saya minta maaf dan tulisan ini sebagai klarifikasinya.

Penjajah senantiasa melihat celah perbedaan antar pejuang. Mereka memanfaatkan ritual agama untuk meninabobokkan penduduk pri bumi. Bukankah di dalam system Hindunesia itu ada yang beragama Kristen dan Islam? Lalu kenapa orang-orang yang mengaku Islam mayoritas itu tidak membantu bangsa West Papua untuk merdeka? Demikian juga orang Kristen di Hindunesia, kenapa tidak memihak kepada perjuangan bangsa Papua? Jawabannya, mereka bukanlah penganut agama Islam yang benar. Mereka penganut Islam palsu. Penganut Islam yang murni atau asli mustahil bersatupadu dalam system zalim dan korup (baca penjajah atau penindas) Mereka asik ber khusyuksepi dengan ritualla secara vertical (berhablum minallah), sementara Sosialla secara horizontal (hablum minannas) terabaikan samasekali kalau tidak kita katakan saling menzalimi.

Islam murni adalah Islam Dua Dymensi, berhablum minallah dan juga berhablum minannas (baca berhubungan baik dengan Allah dan juga ber hubungan baik sesama manusia) Apapun latar belakang agamanya tetap bersaudara sebagai saudara kemanusiaan. Apa yang saya jelaskan ini dapat dilihat pada ucapan Nabi suci: "Tidak beriman sa lah seorang kamu yang tidur kenyang sedangkan tetangganya lapar". Melalui hadist ini dapat diupastikan bah wa orang Islam Hindunesia yang terorganisir dalam lembaga MUI ( Majlis Ulama Hindune sia), sesungguhnya bukanlah orang Islam benaran, konon pula disebut Ulama. Ketika mereka mem bela pluralisme atau ketika mereka berfatwa golongan Islam yang lain sesat, saya mengeta wai mereka. Inilah yang dikatakan semut diseberang lautan jelas kelihatan tapi gajah dipelu puk mata tidak kelihatan. Mereka berfatwa bahwa tentang kesesatan pihak lain sementara mereka sendiri sesat, tidak pernah mereka sadari. Bagaimana mungkin orang yang sesat ber fatwa sesatnya pihak yang lain. Itukan sama juga dengan maling teriak maling atau teroris teriak teroris, seperti yang terjadi di Acheh baru-baru ini.

Hal diatas perlu kita sampaikan kepada bangsa West Papua agar tidak salah sangka terhadap agama Islam disebabkan fenomena "Islam" yang mereka saksikan di dalam system Hindunesia. Justru itu kalau penjajah Hindunesia mengirim orang 'Islam' ke West Papua, yakinlah itu bukan orang Islam benaran tapi kaum munafiqun yang digunakan penjajah untuk mengimbangi penduduk West Papua yang sadar hingga suatu saat nanti mereka yang di imigran itu dapat memenangkan Penjajah ketika West Papua menawarkan referen dum sebagai solusi yang 'aman'. Inilah yang dimaksudkan peluru tanpa suara.

Dalam kesempatan ini ada baiknya saya kemukakan sebuah kata mutiara yang saya temukan sekitar 25 tahun yang lalu dan masih terngiang-ngiang dalam ingatan saya sampai hari ini. Kata mutiara tersebut sepertinya berasal dari seorang filosof. Apakah filosof Islam atau Kristen, bukanlah hal yang signifikan untuk diketahui pasti: "Pikiran telah membawa manusia kealam serba tekhnik, namun nafsu telah menipu akal manusia untuk berkelahi sesamanya. Hanyalah agama yang benar yang dapat ber tindak untuk menghukum antara akal dan hawa nafsu".
Yang perlu kita analisa mana yang dimaksudkan agama yang benar/haq disini. Hal ini perlu didiskusikan dengan lapang dada yang bertujuan untuk mencarai kenenaran bukan untuk mencari keme nangan yang mengakibatkan permusuhan antar agama. Justru itu mustahil didiskusikan secara lapang dada selagi penjajahan masih bercokol di West Papua atau kawasan perjuangan manapun di belahan Bumi ini yang sedang mengusir penjajah.

Sejak tragedi Qabil dan Habil (baca permusuhan sejarah manusia pertama), pertempu ran terus saja berlanjut sampai ke zaman kita ini, hingga para Ideolog Muslim membagi kan manusia kepada dua kutub, kutub Qabil dan kutub Habil. Kutub Habil senantiasa di perjuangkan oleh kaum dhuafa yang tertindas di permukaan planet Bumi ini. Sepakterjang Qabil dapat dibaca di http. achehkarbala. blogspot.com. Justru itu disini tidak perlu saya uraikan lagi. Se dangkan kutub Habil menurut DR Ali Syariati bukan saja orang Islam yang tertindas tapi juga orang non Islam yang tertindas. Hal itu dapat anda baca dalam buku karya DR Ali Syariati yang berjudul Nestafa Kaum Tertindas. Disana DR Ali Syariati menyampakan kepada pem baca bahwa ketika beliau berkunjung ke Mesir, kawasan yang di tujunya adalah Piramide.

Ketika DR Alisyariati duduk dihadapan piramid-piramid itu, beliau bermandikan airmata saat merenungkan bagaimana penderitaan yang dialami kaum dhuafa di mana mereka dipaksakan membawa ribuan bongkah batu besar dalam keadaan lapar untuk membangun Piramid (yang banyak manusia Dunia tertipu dengan kemegahan palsunya), dari jarak yang cukup menyeng sarakan. Sebahagian besar dari kaum dhuafa itu mati dalam per jalanan dan se bahagian lagi mati dige linding dengan alat berat hingga menyatu mayatnya dengan bong kahan-bongkahan batu ter sebut. Saya yakin DR Ali Syariati berdoa kepada Allah agar menga nugerahkan tempat yang aman kepada kaum dhuafa itu disisi Allah. Bukankah kita mengetahui bahwa Allah tidak akan mema sukkan anak-anak yang mati sebelum baligh dan orang - orang yang belum sampai dakwah kebenaran ke dalam Neraka. Andaikata anak-anak tersebut dimasukkan dalam Neraka, mereka bertanya kepada Allah swt: "Ke napa ya Allah, Engkau tidak memanjangkan umur kami agar kami berkesempatan untuk mentaati Engkau?", demikian juga kaum dhuafa yang non Islam itu akan me ngajukan pertanyaan yang sama.

Saya sendiri sempat mengalir air mata ketika menulis tulisan ini secara refleks, terenungi kaum dhuafa Acheh - Sumatra: http://www.youtube. com/watchv= ESahsqp5nwM yang dianianya oleh TNI dan POLRI, baik di Acheh maupun di West Papua, Ambon dan di belahan Bumi manapun seluruh Dunia atas keganasan manusia-manusia kutub Qabil atau manusia muta kabbirun. Klik disini sebagai sampelnya. Semoga orang apa saja yang terlanjur bersatupadu dalam kutub Qabil, bertaubat dengan cara bersatupadu dalam barisan pembebasan kaum dhuafa dimana saja mereka berada. Demikianlah kita meraih tujuan hidup yang benar, mencari keredhaan Allah sebagaimana diaplikasikan para ideolog. Sampel kaum tertanianya: http://www.youtube. com/watch? v=GDLU_v9qz5Q

Billahi fi sabililhaq
Ali al Asytar
di Ujung Dunia


Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.