Khamis, 1 April 2010

BAHAYANYA AMBISIUS KEPEMIMPINAN DALAM SUATU PERJUANGAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim



SURAH AL MAWADDAH: "KATAKANLAH HAI MUHAMMAD,
"AKU TIDAK MEMINTA APAPUN ATAS RISALAHKU INI KECUALI
KASIH SAYANG KEPADA AHLULBAYTKU"
(QS, as-Syura : 23)
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra


Ayat Mawaddah merupakan peringatan Allah swt kepada orang - o rang yang beriman agar mengikuti kepemimpinan Ahlulbaytnya, agar mencurahkan kasih sayang kepada ahlulbaytnya, agar tidak memben cinya, apalagi memusuhinya, membunuhnya dan bermacam bentuk kezaliman lainnya sebagaimana dilakukan oleh orang yang tidak beriman (baca para pembuat rapat gelap, Muawiyah bin Abi Sufyan, Yazid bin Muawiyah dan prototype mereka di zaman kita masing-masing).

Ambisius kepemimpinan mengakibatkan malapetaka terhadap suatu perjuangan. Setelah Rasulullah saww meresmikan pengangkatan pengganti kepemimpinannya atas Ummah di Ghadirkhum setelah Haji Wada', sebahagian sahabatnya yang ambisius kepemimpinan membuat ra pat gelap di belakang Ka'bah untuk menjauhkan Imam Ali as dari ja batan yang telah ditentukan Allah dan RasulNya. Bayangkan betapa pilunya orang-orang yang benar Imannya di awal sejarah Islam yang dimulai dengan pengkhianatan sebahagian sahabat terhadap Utusan Allah swt sebagaimana pilunya hati Nabi Adam dan Hawa dimana a naknya sendiri (baca Qabil) yang mengkhianati agamanya hingga be rakhir dengan pembunuhan terhadap anaknya yang lain (baca Habil). Hal itu menjadi pelajaran buat Ummah Muhammad dikemudian hari bahwa agama itu adalah ketaatan kepada Allah, RasulNya dan Ulul Amri yang ditunjukkan Allah dan RasulNya sementara ambisius kepe mimpinan adalah mala petaka buat suatu perjuangan.

Ketidakambisiusan kepemimpinan baik sekali diperlihatkan oleh Wali Negara Acheh - Merdeka, DR Tgk Hasan Muhammad Tiro, dimana beliau mengatakan kepada Tgk Muhammad Daud Beu reueh pada tahun 1953 agar tidak mendirikan DII tetapi mendirikan Acheh - Merdeka, namun Tgk di Beureueh tidak mengerti politik yang tepat untuk Acheh kala itu. Kemudian pada masa konfrontasi antara Hindunesia dengan Malaysia, DR Hasan Muhammad mengingatkan lagi agar mendirikan Acheh - Merdeka tapi Tgk di Beureueh masih ti dak mengerti politik yang tepat untuk Acheh. DR Hasan Muhammad tetap sabar tidak akan mengambil alih kekuasaan Abu di Beureueh. Bayangkan bagaimana ketidakambisiusan DR Hasan Muhammad di Tiro, mampu bersabar sampai 20 tahun lagi tidak ada juga yang men dirikan Acheh - Merdeka, barulah Beliau mendirikannya: http://www.youtube.com/watch_v=o9jkid85Lio

Akibat ketidaktaatan sebahagian sahabat Rasulullah sendiri terhadap ketentuan Allah dan RasulNya mengakibatkan pengkhianatan yang lebih besar lagi setelah priode mereka dilakukan penerus mereka terhadap ahlulbayt Rasulullah. Realitanya kepemimpinan tidak lestari juga ditangan para sahabat yang menjauhkan kepemimpinan yang di tunjuki Rasulullah saww. Alasan mereka mengambil alih kepemim pinan agar kepemimpinan itu tidak tertumpu hanya pada keluarga Rasulullah saja.

Tindakan mereka yang zalim, berani melawan ketentuan Allah dan Rasul Nya begitu mudah dimanfaatkan oleh keturunan Abu Sufyan bin Harb, musuh be buyutan Islam itu sendiri. Kepe mimpinan dilanjutkan oleh musuh Islam yang lebih besar lagi (baca Abu Sufyan bin Harb) melalui anaknya bernama Muawiyah bin Abi Sufyan dimana tidak saja memerangi Imam Ali as tetapi juga meracuni Imam Hassan, cucu Rasullah yang pertama. Muawiyah bekerja sama politikus keji, Amr bin Ask (baca anak zina dari Abu Sufyan sendiri dengan Nabilah). Muawiyah bukan saja melawan Imam Ali, Kalau sebelumnya belum ada sahabat yang berani mencaci Imam Ali, di zaman Muawiyah seluruh khatib mesjid mulai mencaci Imam Ali sebagai 'rukun khutbah' atas perintah Muawiyah sepeninggal sang Imam.

Bayangkan! Masih adakah lagi sisa Muslim dalam system Muawiyah dan Yazid tersebut? Kalau hal ini mampu kita bayangkan, kita akan mampu juga membayangkan bahwa tidak adalagi sisa Muslim dalam system Hindunesia, kendatipun mesjid dibangun bagaikan cendawan tumbuh di musim hujan. Kalau Muawiyah bin Abi Sofyan mampu mencaci Imam Ali, meracuni cucu Rasulullah dan berbagai kezaliman lainnya, Anaknya Yazid bin Muawiyah mampu membantai keluarga Ra sulullah di Karbala (baca padang pasir di Irak).

Secara syar'i mayoritas orang dalam system Yazid mengaku beraga ma dengan agama Muhammad (baca Islam) tapi secara Ideology semua mereka itu munafiq atau hipokrit (QS, 2 : 8). Justeru itu saya serukan kepada orang Hindunesia yang mengaku beragama Islam agar keluarlah dari system 'Yazid - yazid' modern untuk membangun system 'Hussein". Dengan cara demikianlah aqidah kita dapat dise lamatkan. Kita tidak perlu sibuk dengan diskusi Islam plural, JIL, Muhammaddiah dan sebagainya. Diskusi semacam itu tidak ada arti nya sama sekali kecuali membuat pesertanya lupa akan tugas utama kita, yaitu pembebasan kaum dhuafa dari belenggu yang menimpa ku duk - kuduk mereka (Q.S,7:157)

Kita tutup tulisan ini dengan tempelakan Allah kepada kaum yang bersatupadu dengan kaum yang menentang Ahlulbayt Rasulullah dalam system taghut yang zalim, hipokrit dan korrup:

"Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk patuhlah kepada da Ku. Inilah jalan yang selurus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantarakamu. Apakah kamu tidak berfikir ? Inilah Jahannam yang dulu kamu diancam (dengannya). Masuklah kamu kedalamnya hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan dan kaki Kami minta kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan dahulu" (QS,36: 60-65)

Betapa jelasnya Ancaman Allah kepada orang orang yang membangkang perintahNya saat di dunia, namun orang orang yang telah banyak melakukan kesalahan sudah tertutup hatinya untuk taubat, betapapun jelasnya dakwah yang dialamatkan kepada mereka, malah mereka menganggap pendakwah itu telah menghinanya, mencacinya dan sebagainya.


Billahi fisabililhaq
Ali al Asytar
di
Tampuk Dunia

Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.