Orang Papua, umumnya secara padat bermukim didaerah pedalaman. Mayoritas penduduknya tidak bersuara akibat dimiskinkan oleh penjajah untuk dapat berkesempatan mengenyam pendidikan. Pada umumnya orang Papua didaerah terpencil sehingga untuk menyatakan suara hati dan harapan mereka akan masa depan diri dan kehidupan mereka akan bagaimana harapan dan apa sesungguhnya kehendak dan suara hati mereka banyak tidak diketahui oleh Internasional apalagi penjajah. Karena itu hanya sedikit atau satu dua orang diantara mereka dari yang berjumlah mayoritas diam (sielance mayority) dapat dibersuara secara terbatas itupun hanya disini.
Penyakit HIV/ADIS
Persebaran dan pertumbuhan jumlah penduduk asli papua dari tahun ketahun terus menurun, ini menyebabkan kita merasa aneh dan dari total penduduk Papua yang diperkirakan hanya 2 juta jiwa kurang itu tidak akan bertambah kecuali jumlah kepadatan penduduk pendatang dari militer Indonesia terus bertambah banyak. Penduduk Papua sebagaimana data laporan BPS, dari 2 juta jiwa kurang itu bukannya bertambah banyak sebaliknya malah berkurang terus, dan terus akan habis, oleh akibat penyebaran HIV/AIDS yang terlalu cepat penyebarannya. Hal ini bukan saja momok menakutkan tapi kita sedang menghadapi kenyataan pembunuhan dan pelenyapan etnis Papua menjadi kenyataan paling tragis sedang berlangsung didepan mata kita.
Peran Internasional
Karena itu dunia internasional harus segera turun tangan atau kalau tidak semua penduduk Papua lenyap dari muka bumi. Kecuali usulan ini, sebaiknya Papua harus memisahkan diri dari Indonesia adalah pilihan dan jalan keluar terbaik untuk mengakhiri pembasmian etnis bagi penduduk Papua. Sebab agaknya untuk mengakhiri pembasmian etnis dan pengurasan harta kekayaan papua oleh maling (pencuri) yang tak bertanggungjawab tidak ada jalan lain selain Papua memisahkan diri oleh dukungan internasional adalah jalan bagi penyelamatan dari penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS dan pencurian besar-besaran harta kekayaanya.
Bentuk campur tangan Internasional adalah kemestian dan suatu keharusan sebagai tanggungjawab moral bagi semua bangsa dunia dan sebagai solusi mengakhiri pembasmian etnis Papua. Karena untuk mengakhiri ini semua bukan hanya tanggungjawab Indonesia dan Belanda saja, akan tetapi dunia internasional harus turun tangan serta dilibatkan untuk menjadi perhatian dan keprihatinan penting disini. Jika tidak demikian Papua dan penduduknya hanya tinggal waktu, akhirnya Papua beserta seluruh isi alam dan manusianya hanya tinggal nama dan kenangan dalam sejarah buku pelajaran anak-anak SMU dunia.
Oleh karena itu untuk menghindari agar tidak terjadi pemusnahan dan pembunuhan massal etnis Papua serta sumber daya alamnya oleh penjajah Indonesia disini perlu menjadi perhatian semua negara didunia. Dan peranan penting internasional sangatlah dibutuhkan agar mereka harus segera turun tangan bagi masa depan penyelamatan manusia Papua. Demikian suara hati sesungguhnya seluruh rakyat Papua tanpa direkayasa adanya oleh penulis dimaksudkan dalam penulisan artikel disini.
Dari seluruh jumlah penduduk Papua, disebabkan oleh faktor X, mereka tidak akan bersuara disini, (di internet ini), kecuali kita mewakilinya menulis hanya sedikit dari suara hati dan keluhan mereka yang sesungguhnya sangat memprihantinkan. Penderitaan dan tanpa kepastian harapan masa depan mereka, diwakili bersuara ditempat ini untuk didengar dan dimengerti, entah oleh siapa, bagi kuping yang bisu dan mata yang gelap serta buta mata hati, walaupun suara hati mereka bukan untuk didengar oleh rumput-rumput- pohon-pohon hutan belantara di Papua yang tak bernyawa, dimana masa depan dan harapan mereka gantungkan.
Tulisan ini jika tidak didengar dan diabaikan oleh dunia dan Indonesia, harapan dan sasaran tulisan tujuannya untuk memprovokasi serta agitasi perlawanan revolusi sehingga diharapkan seluruh orang Papua memiliki sikap resistence atas perampasan harkat dan martabat serta pencurian kekayaan alam yang tak terkirakan menjadi alasan masuk akal. Perlawanan rakyat serentak untuk tujuan revolusi damai, adalah suatu kemestian, bukan mendiamkan dan menuggu kematian terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh penjajah.
Adapun penyebaran HIV/AIDS sangat cepat dan pengurasan kekayaan alam Papua sebagai suatu prestasi penjajah untuk melenyapkan bangsa Papua dari muka bumi sesungguhnya bukan hanya tanggungjawab Bangsa Papua saja akan tetapi merupakan tanggungjawab masyarakat dunia Internasional untuk mengakhirinya.
Penyakit HIV/ADIS
Persebaran dan pertumbuhan jumlah penduduk asli papua dari tahun ketahun terus menurun, ini menyebabkan kita merasa aneh dan dari total penduduk Papua yang diperkirakan hanya 2 juta jiwa kurang itu tidak akan bertambah kecuali jumlah kepadatan penduduk pendatang dari militer Indonesia terus bertambah banyak. Penduduk Papua sebagaimana data laporan BPS, dari 2 juta jiwa kurang itu bukannya bertambah banyak sebaliknya malah berkurang terus, dan terus akan habis, oleh akibat penyebaran HIV/AIDS yang terlalu cepat penyebarannya. Hal ini bukan saja momok menakutkan tapi kita sedang menghadapi kenyataan pembunuhan dan pelenyapan etnis Papua menjadi kenyataan paling tragis sedang berlangsung didepan mata kita.
Peran Internasional
Karena itu dunia internasional harus segera turun tangan atau kalau tidak semua penduduk Papua lenyap dari muka bumi. Kecuali usulan ini, sebaiknya Papua harus memisahkan diri dari Indonesia adalah pilihan dan jalan keluar terbaik untuk mengakhiri pembasmian etnis bagi penduduk Papua. Sebab agaknya untuk mengakhiri pembasmian etnis dan pengurasan harta kekayaan papua oleh maling (pencuri) yang tak bertanggungjawab tidak ada jalan lain selain Papua memisahkan diri oleh dukungan internasional adalah jalan bagi penyelamatan dari penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS dan pencurian besar-besaran harta kekayaanya.
Bentuk campur tangan Internasional adalah kemestian dan suatu keharusan sebagai tanggungjawab moral bagi semua bangsa dunia dan sebagai solusi mengakhiri pembasmian etnis Papua. Karena untuk mengakhiri ini semua bukan hanya tanggungjawab Indonesia dan Belanda saja, akan tetapi dunia internasional harus turun tangan serta dilibatkan untuk menjadi perhatian dan keprihatinan penting disini. Jika tidak demikian Papua dan penduduknya hanya tinggal waktu, akhirnya Papua beserta seluruh isi alam dan manusianya hanya tinggal nama dan kenangan dalam sejarah buku pelajaran anak-anak SMU dunia.
Oleh karena itu untuk menghindari agar tidak terjadi pemusnahan dan pembunuhan massal etnis Papua serta sumber daya alamnya oleh penjajah Indonesia disini perlu menjadi perhatian semua negara didunia. Dan peranan penting internasional sangatlah dibutuhkan agar mereka harus segera turun tangan bagi masa depan penyelamatan manusia Papua. Demikian suara hati sesungguhnya seluruh rakyat Papua tanpa direkayasa adanya oleh penulis dimaksudkan dalam penulisan artikel disini.
Dari seluruh jumlah penduduk Papua, disebabkan oleh faktor X, mereka tidak akan bersuara disini, (di internet ini), kecuali kita mewakilinya menulis hanya sedikit dari suara hati dan keluhan mereka yang sesungguhnya sangat memprihantinkan. Penderitaan dan tanpa kepastian harapan masa depan mereka, diwakili bersuara ditempat ini untuk didengar dan dimengerti, entah oleh siapa, bagi kuping yang bisu dan mata yang gelap serta buta mata hati, walaupun suara hati mereka bukan untuk didengar oleh rumput-rumput- pohon-pohon hutan belantara di Papua yang tak bernyawa, dimana masa depan dan harapan mereka gantungkan.
Tulisan ini jika tidak didengar dan diabaikan oleh dunia dan Indonesia, harapan dan sasaran tulisan tujuannya untuk memprovokasi serta agitasi perlawanan revolusi sehingga diharapkan seluruh orang Papua memiliki sikap resistence atas perampasan harkat dan martabat serta pencurian kekayaan alam yang tak terkirakan menjadi alasan masuk akal. Perlawanan rakyat serentak untuk tujuan revolusi damai, adalah suatu kemestian, bukan mendiamkan dan menuggu kematian terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh penjajah.
Adapun penyebaran HIV/AIDS sangat cepat dan pengurasan kekayaan alam Papua sebagai suatu prestasi penjajah untuk melenyapkan bangsa Papua dari muka bumi sesungguhnya bukan hanya tanggungjawab Bangsa Papua saja akan tetapi merupakan tanggungjawab masyarakat dunia Internasional untuk mengakhirinya.