Ahad, 2 Disember 2007

STUDY BANDING TIDAK RELEVANT

Baru-baru ini beredar sejumlah berita yang dilaporkan oleh media massa baik media cetak maupun media eloktronik yang terbit di lokal, maupun diluar Papua juga di sejumlah situs internet yang vokus urus politik Papua yang dimiliki oleh orang Papua. Adapun berita yang beredar itu adalah soal kunjungan Ketua MRP ke Australia dan terus ke New Zeland (Selandia Baru). Diberitakan dalam berita itu, bahwa Ketua MRP, Agus Alue Alue akan bertemu dengan Suku Asli penduduk di dua negara itu, yaitu suku Aborogin dan Mouri. Kunjungan atau tour ketua MRP itu sendiri dikemas dengan thema "Study Banding", untuk berdialog langsung dengan suku-suku asli disana.

Lalu muncul pertanyaan dalam benak kita, apakah juga ketua MRP, Agus Alue Alua, menginginkan Papua mau dijadikan sama seperti saudara-saudara se-ras dengan kita disana? Tanpa hak politik, hak membentuk pemerintahan sendiri?
Bukankah kita sudah lebih maju dari mereka dalam soal penegakan Hak politik dan usaha menentukan nasib sendiri? Lalu bagaimana soal Papua merdeka?

Menurut saya melakukan study banding ke suku Mouri dan aborigin sama dengan mengambil inisitif baru hasrat dan tujuan pemerintah Indonesia oleh Ketua MRP yang sesungguhnya sangat merugikan Papua.

Sebab kita tahu bahwa suku Mouri maupun Aborogin, adalah dua contoh suku asli pasifik selatan yang di jadikan sebagai museum hidup yang dipertontonkan oleh Imigran Inggris kepada masyarakat dunia bahwa mereka sebagi obyek tontonan bagi wisatawan, dan tidak memiliki wewenang politik untuk membentuk pemerintahan sebagai masyarakat politik.

Hak politik mereka dihilangkan diatas tanah airnya sendiri. Amerika Serikat mempunyai pengalaman yang sama atas bangsa Indian Suku Inca dan Apache.

Oleh sebab itu dari sudut Masyarakat Papua, kepergian Agus Alua ke NZ dan Aust sebagai tour study banding tidak menguntungkan masyarakat Papua dan politik strategis bagi keinginan Gerakan Papua Merdeka. Namun kepergiannya lebih menguntungkan dan dapat disponsori oleh penguasa NKRI dari Pusat kekuasaan di Jakarta. Karena itu dari sudut Papua Merdeka, tidak membawa hasil apa-apa. Tapi dari sudut Otsus atau NKRI sangat menggiurkan dan karena itu menguntungkan Indonesia dengan konsep NKRI-nya.

Kalau begitu posisi Agus Alua, ada di pihak mana? Dia orang Papua, tapi juga dia anggota sekaligus Ketua MRP. Dalam posisinya ini kita dapat memaklumi akan kepergiannya ini. Walaupun dampak dari tournya ini tidak membawa hasil apa-apa bagi masa depan Papua manentukan nasib sendiri. Namun jika tetap berangkat maka ada beberapa catatan yang penting di lakukan oleh Agus selaku ketua MRP adalah sbb :

(1). Menggalang solidaritas nasional Penduduk Asli Pasifik Selatan

(2). Menyepakati masa depan perjuangan politik suku asli dan memperjuangkan hak politik warga penduduk asli Pasifik untuk menentukan nasib sendiri dari dominasi politik pendatang (imigran) Inggris.

(3). Papua kedepan pasti akan merdeka, namun sebagaimana Masyarakat Ekonomi Eropa, dia Asia Tenggara; Malysia, Indonesia, Thailand, Philipina, Brunei Darussalam pasti akan menjadi satu, membentuk negara Asia Tenggara Raya, untuk menghadapi {menghadang} , gelombang dominasi ekonomi Utara Asia, terutama Cina.

Bagaimana dengan negara-negara Pasifik? Terutama dukungannya memperjuangkan hak politik suku asli di negeri mereka?

Sebaiknya agus menggalang dukungan nasionalisme suku-suku asli dengan menyamakan pikiran atas nasib dan hak politik masa depan mereka atas dominasi bangsa anglo saxon (keturunan imigran asal inggris).