Ismail Asso*
PENDAHULUAN
Sebelum ini persaingan ketat dua kandidat calonKepala Daerah (CAGUB) terlihat ramai dalam pemasangan poster kampanye; Habel Melkias Suwae (HMS) dan Klemen Tinal. Gambar mereka dua nampak terlihat jelas, berseliweran menghiasi disudut-sudut Ibukota Jayapura. Ada satu pemandangan menarik dicermati disitu “kompetisi” gelar poster menunjukan dalam pemasangan poster dan spanduk muncul dua nama terpopuler, orang muda, energik, sama-sama Bupati. Yang satu refresentasi Gunung-Selatan dan satunya Utara-Pesisir. Kedua orang yang kerap tampil menghiasi berbagai media massa sejak jauh hari ini karenanya populer. Mereka sama-sama muda, menduduki posisi orang nomor satu di Kabupatennya. Tidak heran kalau kemudian mereka banyak uang. Yang pasti, sejauh ini belum ada kabar, misalnya berita KPK pernah turun memeriksa dan mengaudit dana APBD untuk mencari tahu, apakah disana ada indikasi penyelahgunaan uang rakyat apa tidak, yang kita tahu hanya mereka punya uang miliaran dan itu digunakan untuk kampanye calon Gubernur Papua 2011-2016 (disini penulis tidak mau menduga-duga dan curiga apalagi menuduh karena bukan tugas saya, tapi juga disini bukan tempatnya membahas soal ini).
Polling Media
Prediksi instan berdasarkan survey lapangan terlihat jelas ada dua orang disebut diatas sebagai kandidat calon Gubernur Papua 2011-2016 terpopuler, dalam arti, kerap pasang spanduk dan aktif muncul kampanye lebih duluan sebelum calon lain tampil kampanye. Tidak lama kemudian dan itu saatnya kini dimana pada saat pendaftaran Calon Kepala Daerah resmi dibuka KPUD Propinsi Papua semua calon keluar dari sarangnya untuk tampil menjadi orang paling berpengaruh Papua. Semua calon beberapa bulan terakhir ini berkompetisi secara sehat dalam hal gelar poster agar dilihat warga seperti biasa kampanye.
Selain karena alasan warga Papua sangat sedikit punya akses informasi tekhnologi tinggi modern seperti halnya internet, kebanyakan rakyat Papua demikian minim memiliki tradisi membaca. Misalnya informasi melalui media cetak seperti koran sangat rendah. Maka hasil ratting polling media massa sejauh ini sudah muncul namun selain kurang akurat karena tidak mewakili semua, kadangkala ada media bagian dari sponsor tim sukses kandidat calon tertentu. Karena itu polling media bisa dibeli kandidat tertentu seperti umumnya terjadi dimana-mana. Tentu saja hasil polling media seperti berkembang saat ini vadilitas-akurasi kebenarannya bisa lemah.
Media (cetak-elektronik) sesunguhnya sarana strategis sosialisasi gagasan dan visi-misi para kandidat calon Gubernur Papua namun sayang para calon Kepala Daerah sejauh ini belum terlihat satupun menulis agar rakyat bisa tahu sejauhmana visi misi para kandidat orang nomor satu Papua kedepan secara intelektual. Kebanyakan liputan media hanya foto dan deskripsi kandidat hadir acara ini-itu padahal sesunguhnya itu pembodohan. Karena media sebagai sarana control juga sarana pencerdasan partisipasi politik rakyat digunakan tidak hanya sekedar menampilkan foto-foto tapi harusnya lebih dari itu.
Publikasi kandidat melalui media biasanya hanya mau mempengaruhi opini public tapi juga seperti alasan diatas tadi sangat terbatas dari jangkauan masyarakat kebanyakan Papua (kebanyakan orang Papua jarang baca Koran, karena itu luput dari sampling penelitian, ini menyebabkan mereka lebih sering mendapatkan informasi dan memproduksi informasi lebih banyak melalui system oral, bicara-bicara dari mulut-kemulut ketimbang tukar informasi melalui berita media.
CAGUB Berpeluang
Setelah kontroversi pelantikan anggota MRP 2011-2016, yang penuh rekayasa intervensi oknum ORMAS dan aparatur pemerintah. Tugas selanjutnya anggota baru lembaga cultural, MRP, adalah memberikan pertimbangkan Cagub-Cawagub Propinsi Papua-Papua Barat. Tapi sedikit, sebelum melanjutkan pembahasan soal agenda pemilihan Gubernur Propinsi Papua sebagaimana judul opini ini, ada baiknya diketahui disini bahwa Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT) Papua dalam prees reales-nya menyatakan menolak secara tegas dan menganggap tidak absah perwakilan MRP unsure agama Islam Propinsi Papua.
Kembali ke tema utama tulisan ini soal siapa calon Gubernur Papua paling berpeluang saat ini? Tidak sulit menjawab judul ini karena pertanyaannya sederhana sehingga mudah dijawab siapa saja. Mungkin karena itu jawabannya adalah siapa yang paling banyak pasang poster dan spanduk dijalan-jalan utama hingga di pojok-pojok kampung. Siapapun masyarakat awam sudah lama tahu siapa saja Cagub Papua itu diantaranya melalui kampanye baik melalui media cetak-elektronik maupun soasialisasi diri dalam arti terjun langsung ditengah masyarakat melalui berbagai acara yang digelar untuk itu maupun pada acara lain ada kesempatan untuk itu. Sehingga boleh jadi menjadi popular dan sudah dikenal public karenanya.
Namun harus diingat bahwa politik bagian dari kajian ilmu social yang sangat lunak (sove science) sehingga prediksi hasilnya senantiasa tidak konsisten selain ada aspek lain bahwa media seringkali menyampaikan pesan sponsor (Bintang Papua, 2011) bukan kebenaran faktual, maka berpotensi berbeda dan bisa berubah kapan saja. Perubahan itu dipengaruhi oleh berbagai kategori social-budaya Papua, yakni aspek lokalitas non fisik. Maka hasilnya bisa menjungkirbalikkan semua analisa dan prediksi para ahli ilmu social politik sekalipun termasuk polling media massa saat ini. Demikian calon Gubernur Papua yang ada kini bisa berubah total dari semua polling dan prediksi matematis analis social politik Papua.
Dari berbagai survey dan hasil polling yang ada saat ini, menempatkan beberapa kandididat Gubernur menjadi terpopuler dan berpengaruh dimass media. Selain karena sosialisasi diri mereka melalui gelar poster besar-besar, juga karena mereka banyak pasang spanduk ditepi jalan, sebar stiker ditempat-tempat umum, media massa (cetak dan elektronik) juga kerap dijadikan sarana sosialisasi calon Gubernur sebagai kandidat pemimpin Papua.
Para calon Gubernur Papua yang terlihat sudah lama dan paling banyak pasang iklan dirinya bahkan muncul persaingan poster ada dua orang usia muda sama-sama pendatang baru refresentasi dua cultur Papua diatas tadi (pembagian cultur ini dimanfaatkan kelompok lain membuat gap memperhadap-hadapkan orang Papua tujuan politisnya agar senantiasa retak, tapi tidak disetujui orang Papua sendiri).
Calon Gubernur Papua kedepan paling berpeluang ada dua domain structur social masyarakat yang paling berpeluang bisa dimunculkan tampil memimpin Papua kedepan. Diatas kertas sangat berpeluang menang jika dimanage secara baik. Karena itu para kandidat calon Gubernur Papua jika tidak cerdas membaca peta kekuatan social itu maka uang sesungguhnya bukan segala-galanya alat untuk menang walaupun dengan uang bisa merekayasa semua untuk menang.
Jika kita amati struktur social masyarkat Papua maka yang paling berpeluang pemenang Gubernur Papua sangat boleh jadi orang diluar dari calon yang popular diberitakan, diliput, dan muncul setiap hari dimuat foto-fotonya dimedia massa. Bagi masyarakat berkembang dan industry maju politik pencitraan penting karena itu media massa sarananya. Tapi bagi masyarakat serba terbatas seperti halnya Papua kecenderungannya adalah politik komunalisme.
Komunitas adat Pegunungan Tengah Papua (“masyarakat koteka”) dan komunitas islam urban kota adalah domain penentu kecenderungan kepemimpinan Papua kedepan kalau kita bicara sesuai tema judul artikel ini, ‘Siapa Calon Gubernur Papua Paling Berpeluang?
Terlepas dari berbagai sudut pandang tiap detik dan setiap saat dalam politik bisa berubah tapi juga yang paling berpeluang dari berbagai polling yang dilakukan diberbagai media sejauh ini belum ada atau belum diketahui siapa Cagub-Cawagub Propinsi Papua 2011-2016 paling popular, terfavorit dan paling berpeluang. Selain hasil polling secara resmi belum diumumkan banyak factor penyebab utama penghalang para analis social politik untuk melakukan prediksi siapa sesungguhnya calon Gubernur Papua dan Cawagub Propinsi Papua.
*Ismail Asso : Ketua Umum Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT) Papua adalah kelahiran Walesi Wamena pernah belajar di Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Ciseeng Parung Bogor dan Mantan Qori Nasional utusan Propinsi Papua (Irian Jaya) tahun 1988 di Bandar Lampung Sumatera.