Rabu, 6 Oktober 2010

PELAKU KARIKATUR YANG SANGAT TIDAK TERPUJI ITU DAPAT MENCORENG NAMA BAIIK PEMERINTAH DENMARK ANDAIKATA TIDAK DIBENAHI

Bismillaahirrahmaanirrahiim




Persoalan penghinaan terhadap Rasulullah dan pembakaran Kitab Suci Qur-an sebetulnya sarat dengan perbuatan anak-anak yang tidak perlu kita hadapi terlalu serius. Dulu kami di Acheh sewaktu kecil kerap dalam pergaulan ada pihak yang menempatkan daun diatas kepala seorang anak kemudian disuruh pijak pada anak yang lain yang katanya seperti memijak kepalanya. Akibatnya ke dua anak tadi berkelahi. Kalau persoalan yang dilakukan oleh kristian yang ortodok (baca bukan kristian yang famous) itu terlalu diambil pusing, bukan tidak mungkin kita harus berperang akibat penyebab yang tidak signifikan itu. Hemat saya kita terlalu ambil pusing pada persoalan yang exist tetapi melupakan pada fenomena yang Esensi.

Secara existensi di Indonesia memang belum pernah ada pihak yang berani mem bakar Qur-an tetapi secara Esensi penguasa Indonesia dan setiap penduduk yang bersatupadu dalam system zalim, hipokrit dan korrup itu, sejak dari Soekarno sampai Yudhoyono, bukan saja membakar Qur-an tetapi malah menginjaknya. Sekali lagi secara syar'i mereka memang tidak pernah menginjaknya tetapi secara filosofis mereka telah menginjaknya. Dari itu hemat saya bukan tidak perlu kita sikapi tetapi jangan sampai terlalu serius menanggapi pelaku yang non manusiawi itu tetapi basyar, kata almarhum DR Ali Syari'ati (rausyanfikr yang belum ada duanya di zaman kita sekarang ini)


Heran kita melihat fenomena komunitas yang mengaku beragama Islam yang hanya marah ketika menyaksikan ada pihak yang membakar Qur-an yang eksist (baca Mushafnya, dimana kita dapat mencetaknya berjuta exemplar lainnya, bukan?). Tetapi apa artinya semua itu tanpa diaplikasikan dalam realita, dalam kehidupan nyata. Penjajahan terus menerus oleh orang-orang yang bersatu padu dalam system taghut macam Indonesia terhadap bangsa West Papua, RMS, Acheh - Sumatra dan masih banyak lagi bangsa-bangsa di kepuluan Nusantara Melanesia itu, adalah lebih ngeri dimata Allah, Rasul dan para Imam yang diutus daripada pembakaran mushafnya. Ya Allah betapa lugunya sebahagian hambaMu, tidak mampu memahami apa yang kukatakan ini.

Heran kita melihat komunitas yang mengaku beragama Islam hanya marah ketika menyaksikan ada pihak yang
membuat karikatur macam pegayul di Denmark teta pi mereka tidak marah ketika ahlulbayt Rasulullah dibantai di Karbala, Irak dan sebelumnya Muawiyah telah meracuni Imam Hassan setelah syahidnya Imam Ali di Mesjid Kofah. Andaikata mereka paham, pastinya mereka akan memperingati hari 'Asyura sebagai penyegarann kembali untuk mengenali persis mana komuni tas pembantai keluarga Rasulullah di zaman kita masing-masing. Sekelompok ma nusia memang telah mempelajari Agama Ahlulbayt Rasulullah di Qum tetapi me reka sebatas mau memperingati hari 'Asyura saja sementara mereka tetap mem fungsikan diri sebagai bahagian dari komunitas "Yazid". Mereka masih saja bersa tupadu dalam fenomena "Ya zid-yazid" modern. Ini menunjukkan mereka belum memahami Ideology Rasulullah, Imam 'Ali dan para Imam lanjutannya. Sepak ter jang mereka tidak jauh berbeda dengan syiah Safavid yang bersatupadu dibawah penguasa Syah Reza Palevi dulu. Syiah Safawi adalah Syiah hitam yang tenggelam dalam dalam kekuasaan penguasa zalim, sedangkan Syiah Alawi adalah Syiah Merah, nyakni Syiah revolusioner yang pantang bekerja sama dalam system yang menzalimi kaum dhu'afa. Apabila hal ini belum kita pahami serta tidak berusaha untuk memahaminya, kita secara tidak sadar termasuk bahagian kezaliman itu ssendiri.

Imam Khomaini pernah mengatakan bahwa barang siapa yang menyak sikan keza liman berlangsung di depan "matanya" namun tidak berusaha untuk mencegahnya, mereka termasuk bahagian dari kezaliman itu sendiri. Demikian kata Imam Kho maini tanpa merobah maksud, tetapi redaksi kalimatnya mungkin saja berbeda sedikit. Jadi menyaksikan saja termasuk bagian dari kezaliman, apalagi bersatupa du didalamnya. Hal itu ada relevansinya dengan pepatah Acheh: "Si mat taloe, si peh badjoe dan si duek keudroe, saban desja". Maksudnya, yang pegang tali, yang pukul taji dan yang duduk sendiri (dalam perbuatan zalim), sama berdosa.


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia


Denmark Kembali Lancang, Karikatur Nabi Akan Dicetak Ulang
Koran lancang Denmark berniat kembali menistakan kesucian Rasulullah Saw, dengan mencetak ulang karikatur biadab tentang Nabi Islam di sebuah buku.

Gulfnews melaporkan, buku berjudul 'The Tyranny of Silence' itu ditulis oleh Flemming Rose, yang dulu menjabat sebagai editor budaya koran Jyllands-Posten. Disebutkan bahwa meski dalam buku tersebut tidak dicetak secara utuh karikatur penistaan terhadap Nabi Muhammad Saw, namun di salah satu halaman buku tersebut akan dicetak gambar halaman utama koran Jyllands-Posten di edisi yang memuat gambar karikatur tersebut.

Pada 30 September 2005, koran Jyllands-Posten memuat 12 gambar karikatur yang menistakan kesucian Nabi Islam, Muhammad Saw.

Di sisi lain, meski menghadapi kecaman dan protes meluas, namun pihak Jyllands-Posten menyatakan tetap akan mencetak buku tersebut. Karsten Blauert, seorang pejabat Jyllands-Posten Edition kepada AFP mengatakan, "Yang pasti banyak hal telah terjadi, tetapi semuanya akan berjalan sesuai rencana dan tidak ada yang akan mengubahnya. Buku tersebut akan dirilis sesuai jadwal."

Adapun Rose, penulis buku tersebut berulangkali mendapat ancaman teror. (IRIB/Gulfnews/Straittimes/MF/MZ)

Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.