FANATIK DAN EXTEREM ADALAH DUA SIFAT YANG DIMILIKI RASULULLAH SAWW DIMANA FANATIK BERMAKNA ISTIQAMAH (BACA TEGUH PENDIRIAN), SEMENTARA EXTREM BERMAKNA MUJADDID
(BACA BERSUNGGUH-SUNGGUH)
hsndwsp
Acheh - Sumatra
(BACA BERSUNGGUH-SUNGGUH)
hsndwsp
Acheh - Sumatra
ISLAM FUNDAMENTALIS JUSTRU ISLAM MURNI DAN KAFFAH. KITA PATUT BANGGA KALAU DISEBUT ISLAM FANATIK DAN EXTREM ASAL BUKAN FANATIK BUTA
Widyanto! Rasanya anda pernah saya lihat dulu di Acheh, tapi itu bukanlah hal yang penting untuk dibicarakan disini. Dalam kesempatan ini saya ingin memberikan beberapa hal yang perlu digaris bawahi, dalam menanggapi tulisan saudara. Ketika saudara berbicara bahwa saudara khawatir munculnya alumnus pesantren yang "sangat kaku" dalam memahami Islam karena pandangannya sudah terpola pada "dogma" tertentu...sehingga terciptanya manusia-manusia Islam eksklusif bahkan cenderung 'fundamentalis' & 'khawarijisme', tepat sekali tapi ada satuhal yang perlu digarisbawahi yaitu istilah Fundamentalis. Anda harus hati-hati terhadap beberapa istilah yang digunakan pihak kaum modernis untuk mendiskreditkan Islam yang murni atau Islam sejati atau Islam Kaffah atau Islam Fundamentalis.
Selain istilah Fundamentalis yang dipropokasikan pihak yang tidak bertanggung jawab hingga terkesan negatif, masih ada beberapa Istilah lainnya. Diantaranya 'Fanatik' dan 'Extrem'. Kedua istilah ini, demikian menyebalkan bagi mereka kalau tidak kita katakan benci. Ketika kita analisa tulisan-tulisan mereka sa'at melavelkan istilah fanatik dan extrem itu, ternyata mereka justru mengalamatkan kedua istilah tersebut kepada komunitas Islam Murni atau Islam Kaffah atau Islam Sejati. Pastinya yang berpandangan tendensius itu adalah orang-orang yang anti kepada Islam murni. Mereka itu boleh jadi orang-orang non Moslem atau orang yang menamakan diri Islam tapi masuk prangkap sekuler.
Setelah kita analisa kemana istilah tersebut mereka alamatkan, kita juga musti melihat istilah tersebut dalam khazanah Islam itu sendiri. Ternyata disana akan kita lihat bertolak belakang 180 derajat dengan apa yang telah dicerna oleh orang-orang yang mengaku Islam itu sendiri, dimana mereka sangat bangga kalau mereka disebut sebagai kaum modernis. Modernis bukanlah berarti modern tapi kebarat-baratan. Ternyata Fanatik dan Extrem adalah dua sifat yang wajib dimiliki para Rasul diantara sifat-sifat terpuji lainnya, dimana sudah barang pasti patut kita miliki sebagai ummahnya yang sami'na waata'na kepada Allah dan RasulNya.
Fanatik bermakna teguh pendirian, dimana dalam khazanah Islam disebut Istiqamah. Sedangkan extrem bermakna bersungguh-sungguh, dimana dalam khazanah Islam disebut Mujaddid. Jadi sifat istiqamah dan mujaddidnya suatu komunitas Islam dipelintirkan pihak modernis dengan istilah fanatik dan extrem. Andaikata pihak modernis yang biasanya mendapat support penguasa Taghut Zalim dan Hipokrit, sanggup menggusur kedua sifat tersebut dalam suatu komunitas Islam, pastikan tidak ada lagi orang-orang yang berjuang untuk pembebasan dari System Zalim yang sedang menjerat existensinya itu. Justru itu kita patut bangga kalau sudah dikatakan orang fanatik dan extrem, tinggallagi kita jangan sampai masuk dalam golongan fanatik buta. Sifat fanatik buta ini umumnya dimiliki oleh orang-orang yang hanya belajar Islam dari satu mazhab saja hingga menutup rapat-rapat terhadap mazhab lainnya sebagaimana yang sedang disorot saudara Anton Widyanto tersebut. Kalau saudara Anton Widyanto punya kesempatan ada baiknya dibuat penelitian ke Dayah-dayah supaya memahami persis kenapa mereka jadi fanatik buta . Menurut pengalaman saya selama 3 tahun mengajar Tarekh, Siasah fatanah dan Idiology Islam di Dayah Paloh Pidie, sikap fanatik buta itu memangnya sudah menjadi Mursyid yang ditanam para guree agar murid mereka tetap pada mazhab yang dimiliki sang guru. Ironisnya mereka tidak mengajarkan Mazhap syafi'i benaran, yang toleran terhaqdap mazhab lainnya.
Islam itu bagaikan meteor yang lepas dari induknya demikian besar dan murni namun yang sempat kita saksikan dengan mata kepala demikian kecil yang sampai ke Planet Bumi kita ini. Orang-orang yang berafala ta'qilun dan afala yatazakkaraun memahami persis kalau yang aslinya ketika lepas dari induknya bukan sebesar yang disaksikan di Bumi. Demikian jugalah agama Islam ketika menempuh jarak yang demikian jauh dan demikian lama, sempat berakomulasi dengan berbagai perspektif filsafat dan agama lain dalam perjalanannya, bahkan ketika tiba di suatu komunitas tertentu. Maka kita tak perlu heran kalau banyak kita saksikan Islam yang sudah terkontaminasi dengan Hindu misalnya, seperti di Hindunesia, termasuk Acheh. Begitu juga Islam moderat yang sudah terkontaminasi dengan ajaran sesat lainnya. Sesungguhnya penyakit yang lebih parah untuk membungkem Islam Murni bukan itu tapi persekongkolan Fir-aun, Karun, Hamman dan Bal'amblour. Justru itu persoalan di acheh tidak musti terfokus kepada Dayah saja Anton Widyanto. Saudara harus melihat persoalan Acheh dalam kontek System. Jadi system Zalim dan Hipokritlah yang telah membuat Acheh demikian rujam sejak jaman Soekarno sampai sekarang ini masih belum lepas dari "jeratan labalaba" Hindunesia Hipokrit. Kalau Acheh mampu melepaskan diri dari persoalan yang saya sebutkan tadi, barulah Islam di Acheh menjadi cemerlang kembali, yang berarti bangsa Achehnya yang akan cemerlang seperti jaman "dahulu".
Kesimpulannya, sebagaimana istilah fanatik dan extrem, Fundamentalis juga penuh bias dalam kacamata orang Islam moderat yang tidak modern tapi kebarat-baratan. Justru komunitas Islam yang murni, sejati dan kaffahlah yang termasuk Islam Fundamentalis. Islam Funamentalis adalah Islam yang sangat kuat dan mantap Platformnya, 'aqidahnya dan Idiology Islamnya. Semoga saudara tidak ikut-ikutan seperti anggapan orang moderat tadi, kecuali memang saudara sudah masuk perangkap moderat itu sendiri.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia
Otodidak <[EMAIL PROTECTED]> skrev: OPINI 260207 | institut agama
Menjamurnya dayah di Aceh tentu akan sulit di pertanggungjawabkan kredibiltasnya apabila hal itu sebuah euphoria belaka! Penulis khawatir munculnya alumnus pesantren yang “sangat kaku” dalam memahami Islam karena pandangannya sudah terpola pada “dogma” tertentu...sehingga terciptanya manusia-manusia Islam eksklusif bahkan cenderung 'fundamentalis' & 'khawarijisme'... > Dayah & Pendidikan di Aceh>
Anton Widyanto Mahasiswa Program Doktor
Pascasarjana IAIN Ar-Raniry
Darussalam - Banda Aceh.
Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.