KAUM DHUAFA BERDOA
"YA TUHAN KAMI!KELUARKANLAH KAMI
DARI NEGERI YANG DHALIM PENDUDUKNYA INI,
DAN BERILAH KAMI PENOLONG
DARI SISI ENGKAU
(QS, AN NISA' : 75)
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
"TIDAK BERIMAN KEPADAKU ORANG YANG TIDUR KENYANG
SEMENTARA TETANGGANYA KELAPARAN.
DAN JIKA PENDUDUK SEBUAH KAMPUNG TIDUR NYENYAK
SEDANGKAN SALAH SEORANG DARI MEREKA KELAPARAN,
MAKA ALLAH TIDAK AKAN MELIHAT KEPADA MEREKA
DI HARI KIAMAT"
(HADIST)
Karto Suwiryo sudah berusaha di Pulau Jawa, tapi gagal. Di Acheh Tgk Muhammad Daud Beureueh sudah berusaha tapi gagal. Belakangan Dr Tgk Hasan Muhammad di Tiropun telah berusaha tapi juga sepertinya gagal. Apakah andaikata nantinya muncul pemimpin yang berdaya upaya untuk membela kaum dhuafa, kita akan mengatakan "Tidak" dengan alasan sudah banyak orang seperti itu namun hasilnya nihil? Kalau kita memiliki pemikiran seperti itu namanya orang 'Putus Asa'. Bukankah kita dilarang Allah berputus asa? Yang perlu kita analisa kenapa perjuangan-perjuang an orang dulu kebanyakan gagal ujungnya? Siapakah yang membuat perjuangan itu gagal, pemimpinkah atau orang-orang ambisius kepemimpinan hingga membuat perjuangan dengan mudah diambil alih oleh para musuh. Disamping itu juga perlu kita analisa kondisi makmumnya atau pengikut dari pemimpin ter sebut bagaimana Ideologynya, Imannya dan wataknya. Kegagalan suatu perjuangn bolehjadi disebabkan kepemimpinan yang belum matang atau boleh jadi kesalahan pengikutnya atau bahkan boleh jadi mayoritas makmumnya belum benar Imannya atau Ideologynya.
Berbicara perjuangan yang redha Allah di jaman kita ini belum ada satupun yang berhasil kecuali Republik Islam Iran. Ini adalah realita. Kita tidak boleh picik, o itu Syiah, o itu sunni, o itu non islam. Syiahkah, Sunnin kah atau non Muslimkah semuanya gombal kalau tidak berpihak kepada kaum dhuafa.. Kalau kita mayoritas berperangai cangkul, menimbun hanya ke depan, mustahil kita mampu berjuang pada jalan Allah, kecuali pada jalan taghut. Mengapa mereka dari kalangan Parsi itu bukan saja berhasil menumbangkan system Taghut dhalim, hipokrit dan korrup tapi juga berhasil membangun system yang Redha Allah? Mengapa mereka dari nol negara yang mendukung pada mulanya menjadi banyak negara sekarang ini yang mendukung Republik Islam Iran? Ini realitanya baik dari negara yang penduduknya beragama Islam maupun non Is lam, kenapa?
Pertama sekali mereka dari kalangan Parsi itu memahami persis Ideology Imam Hussein yang mampu menghidup kemba li 'pohon Islam' yang sudah 'mati' di tangan Yazid, penguasa dhalim macam Syah Redha Palevi, Saddam, Marcos, Suhar to dan penerusnya sampai hari ini. Kedua mereka haqqul yakin bahwa Allah pasti menolong komunitas yang benar-benar menempatkan diri sebagai pembela kaum dhuafa, justru itu System yang dibangun harus mampu membuktikan bahwa se genap kekayaan negara adalah milik Rakyat atau siapapun yang mendiami Negara tersebut. Ketiga setiap pemimpin benar -benar menjalankan amanah Allah untuk memimpin bawahannya berdasarkan petunjukNya dan bertanggung jawab kelak dihadapan Allah, sehingga kepemimpinannya menentukan ketempat mana mereka kelak, ke Syurga atau Neraka. Jadi kita pejuang tidak sekedar mengahancurkan rantai kedhaliman tapi juga membangun yang "Haq" disisi Allah bukan disisi basyar, makhluk yang senantiasa mencari kesenangan diatas penderitaan orang lain. Jadi kita harus tau "What next nya" kata orang Barat.
Imam Khomaini mampu merumuskan tiory system Negara berdasarkan petunjuk Allah dalam Qur-an, yang terkenal dengan 'Wilayatul Fakihnya". Jadi jelas sekali Ideology Politisnya, tidak ke Timur dan tidak ke Barat tapi ke Islam itu sendiri. Orang non Moslem sekarang ini sudah mulai membaca bagaimana hakikat Islam yang sebenarnya dengan melihat dan menganalisa aplikasi Republik Islam Iran dan systemnya. Justru itu banyak negara di Afrika dan juga Amerika latin yang bersahabat dengan RII sekarang.
Yudhoyono juga sudah pernah datang ke RII, sepertinya dia itu bukan untuk melihat bagaimana caranya melayani Rakyat secara Islami tapi sepertinya hendak memiliki technik Nuklir Sipil yang bermanfaat buat konco-konconya bukan kepada rakyatnya. Jadi bagi siapapun yang hendak menumbangkan rantai kedhaliman, belajarlah kepada bangsa Parsi yang bukan saja mendapat pengakuan Rasullah saja tapi juga realitanya yang mampu dianalisa oleh orang yang masih memiliki hati nurani bukan oleh orang dungu yang berlagak pintar.
Setelah kita menganalisa bagaimana kepemimpinan Imam Khomaini dan sahabat-sahabat setianya yang berjumlah 9 orang dan semuanya Syahid kecuali Imam Khomaini sendiri yang diteruskan oleh Ayatullah Ali Khamenei dan DR Mahmud Ahmadinejad, kita juga perlu menganalisa kemampuan rakyatnya untuk bersatu dibawah satu poros kepemimpinan serta ke tundukpatuhan mereka kepada pemimpinnya yang Islami. Delapan orang Ulama yang telah syahid itu termasuk Dr Ali Syariati dan Murtadha Mutahhari. Justru itu kita dapat mempelajari karya mereka berdua tanpa menafikan karya 6 orang Ulama lainnya bahkan karya Rahbar, Sistany dan masih banyak yang lainnya, agar kita memahami bagaimana Ide-ide me eka yang cemerlang dan sangat berguna bagi pembela kaum dhuafa dimanapun mereka berada. Disamping itu kita juga sangat penting menganalisa Ide-ide DR Mahmud Ahmadinejad sebagai representant kepemimpinan kaum dhuafa di jaman modern ini. Hal ini merupakan sebagai jawabannya dari apa yang kita baca di kitap-kitap Ulama tadi.
Jadi kalau tulisan-tulisan para Ulama warasatul ambiya sebagai tiorinya, Ahmadinejad berhasil dalam aplikasinya atau prakteknya dialam nyata. Ketika Ahmadinejad menjabat sebagai Gubernur, suatu hari beliau melihat seorang tukang gorong-gorong sedang memperbaiki dengan malasnya. Ahmadinejad turun dari mobil tuanya, memperbaiki gorong-gorong tadi sambil betanya kenapa tukang gorong-gorong itu malas kerjanya. Ahmadinejad memperoleh jawaban bahwa orang tersebut tidak cukup gaji bulanannya. Keesokan harinya Ahmadinejad membuat rapat dengan staf dan seluruh pegawai kantor menjelaskan duduk persoalannya. Semua pegawai yang memiliki gaji lebih sedikit, bersedia dipotong buat pegawai yang minus macam tukang gorong-gorong tadi. Dapatkah kita bayangkan bagaimana andaikata pemotongan seperti itu kita kenakan kepada pegawai kantor di Indonesia? Akankah mereka menyetujuinya? Atau malah berdaya upaya untuk melahap dana lainnya sebagaimana di jelaskan oleh PRP dibawah ini. Kemudian adakah sosok pemimpin seperti Ahmadinejad di Indonesia? Sepertinya mustahil bukan? Ke napa bisa mustahil? System di Indonesia sudah demikian parah kondisi sepakterjang kepemimpinannya.
Tidak berlebi han kalau kita katakan bahwa korupsi, kedhaliman dan kemunafikan sudah mendarah daging, kecuali sebahagian kecil dari orang-orang yang berdaya upaya untuk membela kaum dhuafa. Mereka terakhir inilah harapan kaum dhuafa, menga pa? Sejak dari SD sampai keperguruan tinggi mereka sudah dididik untuk menjadi manusia yang hipokrit. Setelah mareka menjadi mahasiswa, sebentar betanya-tanya kenapa Indonesia itu milik penguasa bukan milik Rakyat? Pertanyaan mere ka itu selanjutnya tenggelam dibawa arus setelah mereka menjadi pegawai negeri dan berobah sepakterjangnya sebagai mana penguasa yang pamer kemewahan dan korrup. Jadi Yudikatif, Eksekutif dan legislatif macam persekutuan trinitas 'Fir'un, Karun dan Bal'am' saja sepakterjangnya. Justru itulah Indonesia tidak pernah berobah sejak Suharto sampai Yudhoyono sekarang. Penyakit' tersebut menular ke Acheh - Sumatra dan bukan tidak mungkin juga menular ke West Pa pua dan Maluku.
Kembali ke DR Mahmud Ahmadinejad.
Ketika waktu makan siang tiba, isteri tercintanya membawa ransum buat makan Presiden RII. Lalu bayangkan bagaimana di Indonesia? Jangankan Presiden, jadi camat saja takpernah lagi makan makanan masakan isterinya, kecuali setelah pen siun. Itupun ada dendayang yang melayani keperluannya. Kebiasaan makan di warung mewah atau warung mewah Nega ra ditiru oleh orang-orang yang sudah mulai berduit baik dari hasil korupsi maupun cara yang tidak halal lainnya. Jadi di samping memiliki Pemimpin yang teladan, juga butuh system yang mampu membungkem segala kemungkinan yang men dhalimi rakyat jelata. Untuk lebih jelas silakan baca alinia berikut ini tentang prototype kepemimpinan kaum dhuafa:
Pemimpin Islam sejati tidak mencari kesenangan atas penderitaan orang lain. Ekonomi rakyatlah yang diutamakan duluan. Apabila rakyat sudah tercapai finansialnya, baru pemimpin tersebut merasa puas atas kepemimpinannya. Kepuasan yang demikianlah sebagai kesenangan sejati (baca kesenangan spirituil, bukan kesenangan materiil)
Kalau kita berbicara seperti ini lazimnya orang kontra mempertanyakan mana realitanya. Contoh yang pertama pastinya Rasulullah sendiri yang sandalnya putus tali, diperbaiki oleh Imam Ali. Setelah itu Imam Ali sendiri yang banyak sekali dalam aplikasi kehidupannya mengutamakan rakyat jelata. Diantaranya ketika beliau membuka baitulmal yang dulunya tersimpan banyak dirham dan emas sementara penduduknya menderita kelaparan kecuali golongan penguasanya, di bagi kan Imam secara adil baik yang mula masuk Islam ataupun yang sudah senior. Pembantu Imam menjembunjikan sebuah piala emas untuk Imam. Pembantunya mengatakan bahwa dia melihat Imam tidak mengambil sedikitpun dari Baitulmal itu. Imam berkata: "Celaka kamu! Apakah kamu hendak memasukkan api neraka kerumahku?" Lalu Imam memukul piala tersebut dengan pedang Zulfikarnya hingga hancur untuk dibagikan secara merata..
"Itu kan dulu" kata sebagian orang. Sekarangpun, alhamdulillah masih ada contoh pemimpinnya. Mahmoud Ahmadinejad, Presidenya Republik Islam Iran, dulu adalah seorang dosen bergelar Ph D Transportasi kota, tinggal di gang buntu (sam pai sekarang masih tetap tinggal disitu, meski statusnya sekarang seorang presiden!). Kemewahan terbesarnya Ahmadine jad hanyalah mobil Peogeot 504 buatan tahun 1977 dan sebuah rumah kecil warisan ayahnya 40 tahu lalu yang terletak di salah satu daerah miskin di Teheran (seorang presiden! rumahnya terletak di daerah miskin!) Bahkan, kendatipun sudah diangkat menjadi presiden, beliau masih sering menggunakan pakaian biasa dan sepatu bolong. Sebelum menjabat sebagai Presiden, beliau adalah seorang Gubernur. Jangan berfikir kalau ‘rumah dinas’-nya sbg gubernur akan ditempati. Tidak. Beliau tetap mencintai rumah di gang buntunya, rumahnya yang jelek (dinding luarnya masih bata, belum ditembok) di kawasan Teheran Timur, dan ‘rumah dinas’-nya akhirnya dijadikan museum!. meski menjabat sebagai Gubernur, Beliau tidak segan membersihkan got jika selokan mampet, bahkan kerap menyapu jalan sebagai bukti solidaritas sosialnya.
Ketika pencalonan presiden pun, ia tidak bermodalkan apa-apa dibandingkan lawan politiknya yang menghabiskan milia ran untuk dana kampanye. Akan tetapi, kesederhanaannyalah yang membuat ia dipilih 61% rakyat Iran sebagai presiden. Selanjutnya, setelah jadi Presiden………….apakah beliau berubah? Sok berkuasa? Sombong? Angkuh sebagaimana umumnya penguasa di Hindunesia dan Acheh? Pastinya tidak, malah bertambah bersahaya.
Inilah yang beliau lakukan setelah menjadi Presiden: - Press release pertama Ahmadinejad setelah menjadi Presiden: Semua pihak dihimbau untuk tidak memasang iklan ucapan selamat di koran-koran dan semua kantor dilarang memasang foto presiden! - mem bagi-bagikan saham gratis kepada rakyat Iran - melipatdakan Pinjaman modal bagi pasangan baru menikah - mendirikan program pengayaan uranium - menyumbangkan karpet Istana Presiden (berkualitas tinggi tentunya) ke sebuah masjid di Teheran. Ia lalu mengganti karpet istana dengan karpet murah. - menu tup ruangan kedatangan tamu VIP karena dinilai terlalu besar. Ia lalu meminta sekretariat istana mengganti dengan ruangan seder hana dan mengisi dengan kursi kayu! - setiap menteri yang diangkat selalu menandatangani perjanjian dengan banyak ketentuan, terutama yang ditekankan adalah agar setiap menteri tetap hidup sederhana . Seluruh rekening pribadi dan keluarganya akan diawasi dan kelak jika masa tugasa berakhir sang menteri harus menyerahkan jabatannya dengan kewibawaan, agar dirinya dan keluarganya tidak memanfaatkan keuntungan sepeserpun dari jabatannya. - tidak mengambil gajinya sebagai presiden (yang merupa kan haknya). Alasannya seluruh kekayaan adalah milik Negara dan ia hanya bertugas menjaganya. - menghentikan semua makanan istimewa yang biasa disediakan untuk presiden. Sebuah tas selalu dibawa setiap hari. Isinya adalah bekal sarapan, beberapa potong roti sandwinch dengan minyak zaitun dan keju . Ahmadinejad menyantap dengan nikmat makanan buatan isterinya tersebut. - me ngalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran Negara. Presien juga memi lih terbang dengan pesawat biasa di kelas ekonomi. - Semua menteri bisa masuk ke ruangannya tanpa harus izin. Ia juga menghapus semua acara seremonial seperti red carpet, foto-foto dan iklan pribadi ketika jika mengunjungi Negara lain. - Jikalau harus mengi nap di hotel ia selalu memastikan untuk tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya ia tidak tidur di tempat ti dur tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana dan sepotong selimut. Inilah Ahmadinejad salah satu Presiden Negara terpen ting di dunia secara strategi, ekonomi, politik dan tentunya minyak dan pertahanannya. Bahkan, saat menjadi Presiden pun, beliau juga sempat bergabung dengan petugas kebersihan kota untuk membersihkan jalan di sekitar rumah dan istana Presiden.
Salah satu kata-katanya saat menjadi pembicara di Columbia University AS berkaitan dengan program nuklirnya adalah: “Kami ingin mempunyai hak untuk menentukan nasib kami sendiri di masa depan. Kami ingin independen. Jangan mengintervensi kami. Jika kalian tidak memberikan kepada kami suku cadang pesawat terbang sipil, mengapa kami harus berharap bahwa kalian akan memberikan kepada kami bahan bakar untuk pengembangan nuklir demi tujuan-tujuan damai?”. Dilain kesempatan, beliau juga pernah mengatakan : “Program nuklir kami ditentang oleh negara yang setiap bulannya membangun 10 reaktor nuklir. Kalau me mang energi nuklir berbahaya, mengapa mereka masih memilikinya? Dan kalau memang energi nuklir membawa begitu banyak kebaikan, mengapa kami tidak boleh memilikinya?”
Dan yang paling berkesan adalah kata-katanya ketika Televisi Fox Amerika bertanya kepadanya: ”Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?” Ahmadinejad menjawab: ”Saya melihat seseorang di cermin dan berkata padanya , ”Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggungjawab besar dan itu adalah melayani bangsa Iran”.
Ini masukan buat Pejuang Pembebasan kaum dhuafa dimanapun mereka berada dan juga masukan utuk yang berada di Legislatif Acheh sekarang dan tanggung jawabnya untuk pembebasan Acheh - Sumatra. Kita yang bukan basyar haq tundukpatuh kepada Allah bukan kepada penguasa yang menjejaskan kaum dhuafa Kalau Anda tidak mampu menconto hi Ahmadinejad, berhenti saja dari wakil Rakyat sebelum fungsi DPRA dipelintirkan orang sebagai Penipu Rakyat Acheh. Maaf demi kesejahteraan bangsa Acheh - Sumatra pada Khususnya, diperlukan masukan seperti ini.
Billahi fi sabilil haq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.