Bismillaahirrahmaanirrahiim
SETELAH TERLEPAS DARI KEJARAN SANG HARIMAU LAPAR DAN GANAS,
DAPAT BERLINDUNG DALAM SEBUAH GUA, SESEORANG MERASA LEGA,
NAMUN KETIKA MELIHAT KERUMUNAN ULAR BESAR DAN BERBISA
SIAP MENANTI KEJATUHANNYA (AZAB KUBUR).
ANGIN SPOI-SPOI BASAH YANG MEMBAWA PERCIKAN MADU,
MEMBUAT SESEORANG LUPA LAGI
BAHAYA YANG AKAN DIA HADAPI.
Muhammad al Qubra
Acheh -m Sumatra
NAMUN KETIKA MELIHAT KERUMUNAN ULAR BESAR DAN BERBISA
SIAP MENANTI KEJATUHANNYA (AZAB KUBUR).
ANGIN SPOI-SPOI BASAH YANG MEMBAWA PERCIKAN MADU,
MEMBUAT SESEORANG LUPA LAGI
BAHAYA YANG AKAN DIA HADAPI.
Muhammad al Qubra
Acheh -m Sumatra
Ketika seseorang anggota DPRA mempertanyakan transpoaransi pembahagian hasil minyak Bumi di Acheh pada penguasa Jawakarta, mereka akan mengatakan bahwa 10 milyar per anggota DPRA adalah termasuk manipulasi dari persentase minyak bumi Acheh juga. Apa bila kalian masih mempertanyakan transparansinya, 10 milyar peranggota DPRA itu akan kami tarik balik. Kira-kira apa jawaban DPRA andaikata terjadi dialog seperti itu? Sepertinya penguasa Jawakarta bukan setakat itu sepakterjangnya, masih lebar lagi, termasuk berdaya upaya untuk menumbal mulut DPRA dengan uang haram itu agar tidak memperjuangkan Self Government, sebaliknya menerima saja Otonomi, pepesan kosong itu. Kheun ureueng Acheh, menje peng kadjisumpai lam babah, soemanteng akan meulolo, handjeuetle geumusu.hana keutjuali atawa hana pileh bulee. 'Ulama gadeh djanggot'. Kalau ulama benaran pantang tuntukpatuh kepoada penguasa taghut zalim.
10 milyar perorang bukan lagi belajar untuk korrup tapi sekali saja sudah jadi konglomerat, konon pula kalau masih ada lagi kesempatan setelah itu. Kalau hal ini menjadi realita, bukan si Kontoro saja yang sangat kurang ajar, masih ada lagi 'Kontoro-kontoro' kelas kakap lainnya. Jadi pantaslah berbuih air liurnya ketika berkampanje dulu. Maaf ini saya gunakan andaikata. Kita mengharap sangat semoga bang Hasbi cs yang masih kami muliakan, cepat menanggapi persoalan ini. Kalau setelah lama baru anda tanggapi dengan pernyataan menolak dana yang membuat seluruh DPR Acheh masuk neraka secara pasti, kami sudah mulai curiga barang kali kalian akan menunggu kesempatan lainnya yang agak tertutup dalam pandangan umum.
Sepertinya DPRA tidak menganggap itu dana terkutuk buat DPR tapi dana kebijaksanaan pemerintah agar tidak korupsi sebagaimana penguasa Jawakarta melegitimate Kontoro cs dengan gaji yang tinggi dengan alasan yang sama. Itu adalah pemahaman orang yang berpedoman dengan Pancasila atau puncasilap, bukan Al Qur-an. Andaikata DPRA itu termasuk orang yang beriman, pastinya berpegang teguh dengan Al Qur-an. Berdasarkan Al Qur-an itu dana yang berjumlah 10 milyar peranggota DPRA adalah korusi yang mendapat legitimate aturan systemnya buat seluruh DPR dalam system tersebut. Sebagaimana kita ketahui pihak Indonesia tidak berbuat sesuai MoU Helsinki terhadap Acheh - Sumatra. Menurut yang mereka sepakati Acheh - Sumatra berstatus Self Government tapi pihak indonesia telah menggantikan dengan Otonomi, padahal kalau memang untuk memperoleh otonomi buat apa kita berperang? Nah pihak Indonesia menganggap itu adalah POLITIS (baca sesuai pedoman hidup mereka Pancasila alias puncasilap). Kalau pandangan orang yang beriman, yaitu orang yang haqqul yakin akan firman Allah, sepakterjang penguasa Indonesia yang demikian adalah MUNAFIQ. Mereka yang demikian sepakterjangnya sesuai dengan firman Allah: "Dan diantara manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah dan hari Kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang yang beriman" (QS, al Baqarah : 8)
Ketika Irwandi, gubernur Indonesia di Acheh memata-matai para dokter Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Acheh, agar tidak menelantarkan pasen, para dokter tau bahwa kerjanya lebih lumaian daripada DPR yang hanya duduk doang, dapar fulus 10 milyar perorang, belum lagi fasilitas dan dana kongkalikong lainnya. Jadi semua aparat yang berada dalam system tersebut berdaya upaya untuk memiliki juga sebagaimana yang dimiliki para dewan 'terhormat' itu. Disinilah kezaliman system secara keseluruhan. Dalam kontek seperti ini benarnya pikiran oran g yang tidak percaya lagi kepada siapapun yang mengatasnamakan 'rakyat' demi meraih kesenangan keluarganya sendiri. Andaikata tidak adalagi hukuman Allah di Akhirat, sungguh semua seluruh kuam dhuafa dimanapun mereka berada akan mengalami stress berat menghadapi sepakterjang mereka yang terlibat vdalam system taghut zalim, hipokrit dan korrup secara systematis.
Disuatu arena training saya pernah menyampaikan materi bahwa kita tidak boleh bekerja dalam system yang menjejaskan kaum dhuafa sebagaimana system Indonesia termasuk Acheh kedalamnya, kecuali benar-benar sebagai taktik strategi buat sementara, seperti bekas tentera di Chechenia dulu atau Hur yang terkenal cemerlang di medan Karbala. Saya menjelaskan dengan kasus 7 Aulia dalam Gua, meninggalkan gemerlapnya singgasana Diklidianus dalam surah al Kahfi. Dan dengan keyakinan itu juga saya meninggalkan segala-galanya, kendatipun saya sudah lumaian golongannya sebagai pegawai negeri. Yang menjadi persoalan disini, ada beberapa guru agama yang berdaya-upaya untuk mencari jalan keluar supaya tetap sebagai pegawai negeri. Saya katakan kepada orang tersebut bahwa secara system apasaja kedhaliman yang dibuat penguasa melalui kaki tangannya terhadap kaum dhuafa, kita juga terimbas kedhaliman tersebut. Jadi bukan orang yang mendhalimi itu saja. Itulah yang namanya system. Kita umpama berada dalam sebuah bahtera yang sedang menuju Neraka secara pelan tapi pasti.
Guru tersebut sepulang dari training, bertamu ke rumah seorang tgk, dmana anaknya sendiri sebagai pemborong yang dipelintirkan orang sebagai pembohong. Guru tersebut mendapat penjelasan dibenarkan dengan menyebutkan beberapa orang pegawai negeri Saudi dan Mesir. Perlu saya sampaikan bahwa tidak semua tgk selugu tgk tersebut.
Kembali kepada DPRA yang bekerjasama dengan Indonesia yang statusnya sudah jelas dalam surah al Baqarah ayat 8 diatas, otomatis akan dibangkitkan Allah kelak bersama orang-orang yang pedoman hidupnya, Puncasilap tersebut diatas, kecuali DPRA mampu memainkan peranan seperti Hur di Karbala atau bekas tentara Chechenia diatas, sanggupkah? Sanggupkah selagi belum jadi Hur, tidak korupsi. Baik korupsi secara terang-terangan macam DPR Jawakarta maupun korupsi terselubung sebagaimana yang sedang kita sorot ini. Jangan anda pedomani DPRA yang lalu yang sudah melahap 5 milyar perorang dan pasti akan berhadapan dengan firman Allah berikut ini kelak:
"Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk patuhlah kepada da Ku. Inilah jalan yang selurus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantarakamu. Apakah kamu tidak berfikir ? Inilah Jahannam yang dulu kamu diancam (dengannya). Masuklah kamu kedalamnya hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan dan kaki Kami minta kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan dahulu" (QS,36: 60-65)
Betapa jelasnya Ancaman Allah kepada orang orang yang membangkang perintahNya saat di dunia, namun orang orang yang telah banyak melakukan kesalahan sudah tertutup hatinya untuk taubat, betapapun jelasnya dakwah yang dialamatkan kepada mereka, malah mereka menganggap pendakwah itu telah menghinanya dan sebagainya.
Billahi fi sabilil haq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
10 milyar perorang bukan lagi belajar untuk korrup tapi sekali saja sudah jadi konglomerat, konon pula kalau masih ada lagi kesempatan setelah itu. Kalau hal ini menjadi realita, bukan si Kontoro saja yang sangat kurang ajar, masih ada lagi 'Kontoro-kontoro' kelas kakap lainnya. Jadi pantaslah berbuih air liurnya ketika berkampanje dulu. Maaf ini saya gunakan andaikata. Kita mengharap sangat semoga bang Hasbi cs yang masih kami muliakan, cepat menanggapi persoalan ini. Kalau setelah lama baru anda tanggapi dengan pernyataan menolak dana yang membuat seluruh DPR Acheh masuk neraka secara pasti, kami sudah mulai curiga barang kali kalian akan menunggu kesempatan lainnya yang agak tertutup dalam pandangan umum.
Sepertinya DPRA tidak menganggap itu dana terkutuk buat DPR tapi dana kebijaksanaan pemerintah agar tidak korupsi sebagaimana penguasa Jawakarta melegitimate Kontoro cs dengan gaji yang tinggi dengan alasan yang sama. Itu adalah pemahaman orang yang berpedoman dengan Pancasila atau puncasilap, bukan Al Qur-an. Andaikata DPRA itu termasuk orang yang beriman, pastinya berpegang teguh dengan Al Qur-an. Berdasarkan Al Qur-an itu dana yang berjumlah 10 milyar peranggota DPRA adalah korusi yang mendapat legitimate aturan systemnya buat seluruh DPR dalam system tersebut. Sebagaimana kita ketahui pihak Indonesia tidak berbuat sesuai MoU Helsinki terhadap Acheh - Sumatra. Menurut yang mereka sepakati Acheh - Sumatra berstatus Self Government tapi pihak indonesia telah menggantikan dengan Otonomi, padahal kalau memang untuk memperoleh otonomi buat apa kita berperang? Nah pihak Indonesia menganggap itu adalah POLITIS (baca sesuai pedoman hidup mereka Pancasila alias puncasilap). Kalau pandangan orang yang beriman, yaitu orang yang haqqul yakin akan firman Allah, sepakterjang penguasa Indonesia yang demikian adalah MUNAFIQ. Mereka yang demikian sepakterjangnya sesuai dengan firman Allah: "Dan diantara manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah dan hari Kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang yang beriman" (QS, al Baqarah : 8)
Ketika Irwandi, gubernur Indonesia di Acheh memata-matai para dokter Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Acheh, agar tidak menelantarkan pasen, para dokter tau bahwa kerjanya lebih lumaian daripada DPR yang hanya duduk doang, dapar fulus 10 milyar perorang, belum lagi fasilitas dan dana kongkalikong lainnya. Jadi semua aparat yang berada dalam system tersebut berdaya upaya untuk memiliki juga sebagaimana yang dimiliki para dewan 'terhormat' itu. Disinilah kezaliman system secara keseluruhan. Dalam kontek seperti ini benarnya pikiran oran g yang tidak percaya lagi kepada siapapun yang mengatasnamakan 'rakyat' demi meraih kesenangan keluarganya sendiri. Andaikata tidak adalagi hukuman Allah di Akhirat, sungguh semua seluruh kuam dhuafa dimanapun mereka berada akan mengalami stress berat menghadapi sepakterjang mereka yang terlibat vdalam system taghut zalim, hipokrit dan korrup secara systematis.
Disuatu arena training saya pernah menyampaikan materi bahwa kita tidak boleh bekerja dalam system yang menjejaskan kaum dhuafa sebagaimana system Indonesia termasuk Acheh kedalamnya, kecuali benar-benar sebagai taktik strategi buat sementara, seperti bekas tentera di Chechenia dulu atau Hur yang terkenal cemerlang di medan Karbala. Saya menjelaskan dengan kasus 7 Aulia dalam Gua, meninggalkan gemerlapnya singgasana Diklidianus dalam surah al Kahfi. Dan dengan keyakinan itu juga saya meninggalkan segala-galanya, kendatipun saya sudah lumaian golongannya sebagai pegawai negeri. Yang menjadi persoalan disini, ada beberapa guru agama yang berdaya-upaya untuk mencari jalan keluar supaya tetap sebagai pegawai negeri. Saya katakan kepada orang tersebut bahwa secara system apasaja kedhaliman yang dibuat penguasa melalui kaki tangannya terhadap kaum dhuafa, kita juga terimbas kedhaliman tersebut. Jadi bukan orang yang mendhalimi itu saja. Itulah yang namanya system. Kita umpama berada dalam sebuah bahtera yang sedang menuju Neraka secara pelan tapi pasti.
Guru tersebut sepulang dari training, bertamu ke rumah seorang tgk, dmana anaknya sendiri sebagai pemborong yang dipelintirkan orang sebagai pembohong. Guru tersebut mendapat penjelasan dibenarkan dengan menyebutkan beberapa orang pegawai negeri Saudi dan Mesir. Perlu saya sampaikan bahwa tidak semua tgk selugu tgk tersebut.
Kembali kepada DPRA yang bekerjasama dengan Indonesia yang statusnya sudah jelas dalam surah al Baqarah ayat 8 diatas, otomatis akan dibangkitkan Allah kelak bersama orang-orang yang pedoman hidupnya, Puncasilap tersebut diatas, kecuali DPRA mampu memainkan peranan seperti Hur di Karbala atau bekas tentara Chechenia diatas, sanggupkah? Sanggupkah selagi belum jadi Hur, tidak korupsi. Baik korupsi secara terang-terangan macam DPR Jawakarta maupun korupsi terselubung sebagaimana yang sedang kita sorot ini. Jangan anda pedomani DPRA yang lalu yang sudah melahap 5 milyar perorang dan pasti akan berhadapan dengan firman Allah berikut ini kelak:
"Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk patuhlah kepada da Ku. Inilah jalan yang selurus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantarakamu. Apakah kamu tidak berfikir ? Inilah Jahannam yang dulu kamu diancam (dengannya). Masuklah kamu kedalamnya hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan dan kaki Kami minta kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan dahulu" (QS,36: 60-65)
Betapa jelasnya Ancaman Allah kepada orang orang yang membangkang perintahNya saat di dunia, namun orang orang yang telah banyak melakukan kesalahan sudah tertutup hatinya untuk taubat, betapapun jelasnya dakwah yang dialamatkan kepada mereka, malah mereka menganggap pendakwah itu telah menghinanya dan sebagainya.
Billahi fi sabilil haq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.