Kejahatan Indonesia terhadap Bangsa Papua diambang batas kemanusiaan. Untuk itu perlu ada intervensi Internasional untuk menghentikannya. Demikian pendapat ini bukan tanpa bukti dan alasan jelas. Tapi ini adalah kenyataan kejahatan kemanusiaan yang sulit masuk akal kini berlangsung di Papua Barat. Hal demikian akan melenyapkan impian dan cita-cita bagi penentuan nasib sendiri Bangsa Papua untuk mengurus diri sendiri.
Kejahatan Indonesia
Betapa tidak mengherankan kejahatan Indonesia terhadap bangsa Papua. Mulanya Otonomi Khusus (dengan paksaan, dan kekerasan), kini kemudian bergeser pada pemekaran dan terus pemekaran lagi, propinsi, kabupaten dengan cara dan pola yang sama dalam melaksanakannya. Untuk apa dengan pemekaran itu semua ? Tujuan pemekaran adalah untuk mengangkut dengan cepat semua kekayaan alam Papua yang kaya raya.
Benarkah demikian? Benar, karena semua sumber kekayaan alam Papua tidak disisakan satupun kini, semua mulai dari, kekayaan alam yang ada di sungai, laut, udara, hutan, dan yang dikandung dalam perut bumi Papua yang sangat kaya raya itu sudah merambah. Penyakit rabies (anjing gila) yang diidap pencuri untuk menganggkut kekayaan Papua pada tingkat sangat kritis dan mewabah berlangsung saat ini di tanah Papua. Pemekaran bagaikan penyakit malaria yang siap merengut nyawa bangsa dan negara Papua Barat.
Kita, Orang Papua, saat ini sedang menyaksikan tindakan perampokan Indonesia didepan mata tapi mendiamkannya. Malahan pemerintah daerah (baik Tk I dan Tk II ) seakan memediasi pencurian ini, dengan mendorong agar Papua dimekarkan. Padahal tindakan pencurian demikian mematikan dan merugikan masa depan generasi Papua dan penentuan nasib sendiri Papua sebagai bangsa dan negara yang berdaulat sendiri. Sebahagian orang Papua Barat ikut mendukung sebagai pejabat, agar kekayaan alam Papua dicuri (dirampok) oleh Indonesia dan diangkutnya bawa pulang ke Indonesia tanpa menyisakan sedikitpun bagi pemiliknya, yaitu orang Papua.
Bahkan Indonesia tidak sendirian mencuri kekayaan alam Papua. Indonesia dalam mencuri, menggandeng Amerika, Inggris, Jepang dan negara lain yang mereka justifikasi sebagai investor. Karena Indonesia yang negara baru berkembang tidak memiliki teknologi atau lat canggih untuk mengexploitasi kekayaan isi perut bumi Papua. Indonesia sebagai negara "baru" baik tekhnelogi dan Industri tidak memiliki alat yang canggih untuk mencuri kekeyaan alam Papua secara sendirian.
Niat kejahatan kemanusiaan oleh Indonesia terhadap serta ketidaktulusan Indonesia tidak hanya berhenti sampai disini. Wabah Penyakit mematikan yang belum ada obatnya, HIV/AIDS yang sangat cepat sekali menjalar diseluruh pelosok dan kota di Papua dibiarkan berkembang. Dengan demikian bangsa Papua punah dan yang hanya tersisa kekayaan alamnya. Sehingga dengan bebas dapat dimiliki oleh Indonesia tanpa ada yang melarangnya. Demikian logika sederhana taktik politik ketidaktulusan Indonesia menggabungkan Papua sebagai bagian dari NKRI.
Pilih Mana; Tunduk Ditindas Atau Bangkit Melawan?
Jika demikian adanya Indonesia, mencuri, dan merampok kekayaan alam Papua. Klaim Papua sebagai satu bangsa dan negara bersama Indonesia, kenyataannya yang ada adalah ketidaktulusan niat dan tindakan terhadap bangsa Papua. Malahan hanya kemunafikan dan bahkan pembunuhan dan pencurian harta kekayaan alam Papua. Apakah Bangsa Papua Barat mendiamkan dan membantu pelaksanaan otsus agar sukses di Papua? Kapan otsus dan bagaimana dengan pemekaran dengan dampak untuk mempercepat menganggangkutan kekayaan alam Papua?
Orang Papua mau memilih mana; Pertama, mensukseskan otsus, dengan membiarkan penduduknya mati terbunuh oleh penyakit HIV/AIDS, dan membantu dan mengusulkan kepada Jakarta agar daerahnya terus dimekarkan. Kedua, Ataukah menolak semua isi kandungan UU Otsus sebagai pembohongan dan ketidaktulusan kebikajakan Jakarta dengan segala issu pemekarannya? Jika Orang Papua memilih yang pertama maka saat ini yang terjadi dan yang berlansung keadaanya adalah Orang Papua membiarakan diri "Tunduk Ditindas" oleh Indonesia. Namun jika memilih menolak maka yang harus dilakukan adalah "Bangkit Melawan".
Namun dalam kenyataanya orang Papua memilih pilihan pertama yakni 'Tunduk Ditindas' Indonesia. Padahal tindakan kejahatan Indonesia dan perlakuannya terhadap Orang Papua sangat jelas menunjukkan tindakan kejahatan dan penjajahan atas harkat dan martabat kemanusiaan orang Papua. Dalam keadaan seperti ini mengapa kita tidak menolak Otsus dan pemekaran daerah di seluruh wilayah Papua? Kenapa kita tidak melawan dan memproklamirkan gerakan perjuangan untuk memisahkan diri dari NKRI?
Sampai kapan Orang Papua, membiarkan Indonesia menjajah? Kapan lagi Orang Papua mau menentang ketidakadilan Indonesia dan penjajahannya untuk berdiri sendiri sebagai bangsa dan negara yang berdaulat penuh? Jika tidak ingin terus ditindas dan dijajah Indonesia dengan segala akibat penjajahannya, maka bangkitlah melawan menentang. Jangan tunggu waktu lama lagi sebab jika ditunda maka penyakit HIV/AIDS siap melenyapkan semua orang Papua di muka bumi.
Bangkitlah Bangsaku, Melawan !
Bangkitlah Bangsaku, Wahai Papua Barat, jangan tertunduk ditindas, jangan biarkan dirimu ditindas, jangan diamkan kejahatan terhadap diri. Bangkitlah melawan, jangan diam tak berdaya terhadap kejahatan atas diri, bangsa dan negara-MU Papua Barat. Penjajahan adalah kejahatan, sikap pembiaran penyebaran HIV/AIDS adalah kekerasan, pencurian kekayaan alam Papua adalah pembunuhan.
Jangan biarkan penjajah Indonesia tanpa menentang dan melawan dengan mengatakan Papua sebagai daerah Otonimo Khusus. Otsus adalah kebohongan Indonesia untuk mencuri kekayaan alam Papua. Pemekaran adalah untuk memecah belah bangsa Papua. Dengan pemekaran Indonesia akan lebih cepat menganggkut kekayaan alam Papua. Menentang dan tolak otsus, jika tidak, penduduk beserta segala isi kekayaan alamnya akan lenyap dalam waktu 20 tahun akan datang. Bangsa Papua hanya cerita dan dongeng kerena ada niatan orang untuk melenyapkannya dari muka bumi akan menjadi kenyataan.
Catatan Penting :
Melawan, menentang tidak selalu harus menggunkan senjata, apalagi dengan berperang. Lawanlah Bangsaku, jangan diam tunduk ditindas. Bangkitlah melawan dan menentang penjajah Indonesia dengan cara, aksi demo, mogok sipil, minta bantuan dukungan kenegara lain, minta dukungan tokoh politik Indonesia sendiri (seperti kepada Gus-Dur), sebahagian dari cara perlawanan menuju Papua Tanah Damai.
Kejahatan Indonesia
Betapa tidak mengherankan kejahatan Indonesia terhadap bangsa Papua. Mulanya Otonomi Khusus (dengan paksaan, dan kekerasan), kini kemudian bergeser pada pemekaran dan terus pemekaran lagi, propinsi, kabupaten dengan cara dan pola yang sama dalam melaksanakannya. Untuk apa dengan pemekaran itu semua ? Tujuan pemekaran adalah untuk mengangkut dengan cepat semua kekayaan alam Papua yang kaya raya.
Benarkah demikian? Benar, karena semua sumber kekayaan alam Papua tidak disisakan satupun kini, semua mulai dari, kekayaan alam yang ada di sungai, laut, udara, hutan, dan yang dikandung dalam perut bumi Papua yang sangat kaya raya itu sudah merambah. Penyakit rabies (anjing gila) yang diidap pencuri untuk menganggkut kekayaan Papua pada tingkat sangat kritis dan mewabah berlangsung saat ini di tanah Papua. Pemekaran bagaikan penyakit malaria yang siap merengut nyawa bangsa dan negara Papua Barat.
Kita, Orang Papua, saat ini sedang menyaksikan tindakan perampokan Indonesia didepan mata tapi mendiamkannya. Malahan pemerintah daerah (baik Tk I dan Tk II ) seakan memediasi pencurian ini, dengan mendorong agar Papua dimekarkan. Padahal tindakan pencurian demikian mematikan dan merugikan masa depan generasi Papua dan penentuan nasib sendiri Papua sebagai bangsa dan negara yang berdaulat sendiri. Sebahagian orang Papua Barat ikut mendukung sebagai pejabat, agar kekayaan alam Papua dicuri (dirampok) oleh Indonesia dan diangkutnya bawa pulang ke Indonesia tanpa menyisakan sedikitpun bagi pemiliknya, yaitu orang Papua.
Bahkan Indonesia tidak sendirian mencuri kekayaan alam Papua. Indonesia dalam mencuri, menggandeng Amerika, Inggris, Jepang dan negara lain yang mereka justifikasi sebagai investor. Karena Indonesia yang negara baru berkembang tidak memiliki teknologi atau lat canggih untuk mengexploitasi kekayaan isi perut bumi Papua. Indonesia sebagai negara "baru" baik tekhnelogi dan Industri tidak memiliki alat yang canggih untuk mencuri kekeyaan alam Papua secara sendirian.
Niat kejahatan kemanusiaan oleh Indonesia terhadap serta ketidaktulusan Indonesia tidak hanya berhenti sampai disini. Wabah Penyakit mematikan yang belum ada obatnya, HIV/AIDS yang sangat cepat sekali menjalar diseluruh pelosok dan kota di Papua dibiarkan berkembang. Dengan demikian bangsa Papua punah dan yang hanya tersisa kekayaan alamnya. Sehingga dengan bebas dapat dimiliki oleh Indonesia tanpa ada yang melarangnya. Demikian logika sederhana taktik politik ketidaktulusan Indonesia menggabungkan Papua sebagai bagian dari NKRI.
Pilih Mana; Tunduk Ditindas Atau Bangkit Melawan?
Jika demikian adanya Indonesia, mencuri, dan merampok kekayaan alam Papua. Klaim Papua sebagai satu bangsa dan negara bersama Indonesia, kenyataannya yang ada adalah ketidaktulusan niat dan tindakan terhadap bangsa Papua. Malahan hanya kemunafikan dan bahkan pembunuhan dan pencurian harta kekayaan alam Papua. Apakah Bangsa Papua Barat mendiamkan dan membantu pelaksanaan otsus agar sukses di Papua? Kapan otsus dan bagaimana dengan pemekaran dengan dampak untuk mempercepat menganggangkutan kekayaan alam Papua?
Orang Papua mau memilih mana; Pertama, mensukseskan otsus, dengan membiarkan penduduknya mati terbunuh oleh penyakit HIV/AIDS, dan membantu dan mengusulkan kepada Jakarta agar daerahnya terus dimekarkan. Kedua, Ataukah menolak semua isi kandungan UU Otsus sebagai pembohongan dan ketidaktulusan kebikajakan Jakarta dengan segala issu pemekarannya? Jika Orang Papua memilih yang pertama maka saat ini yang terjadi dan yang berlansung keadaanya adalah Orang Papua membiarakan diri "Tunduk Ditindas" oleh Indonesia. Namun jika memilih menolak maka yang harus dilakukan adalah "Bangkit Melawan".
Namun dalam kenyataanya orang Papua memilih pilihan pertama yakni 'Tunduk Ditindas' Indonesia. Padahal tindakan kejahatan Indonesia dan perlakuannya terhadap Orang Papua sangat jelas menunjukkan tindakan kejahatan dan penjajahan atas harkat dan martabat kemanusiaan orang Papua. Dalam keadaan seperti ini mengapa kita tidak menolak Otsus dan pemekaran daerah di seluruh wilayah Papua? Kenapa kita tidak melawan dan memproklamirkan gerakan perjuangan untuk memisahkan diri dari NKRI?
Sampai kapan Orang Papua, membiarkan Indonesia menjajah? Kapan lagi Orang Papua mau menentang ketidakadilan Indonesia dan penjajahannya untuk berdiri sendiri sebagai bangsa dan negara yang berdaulat penuh? Jika tidak ingin terus ditindas dan dijajah Indonesia dengan segala akibat penjajahannya, maka bangkitlah melawan menentang. Jangan tunggu waktu lama lagi sebab jika ditunda maka penyakit HIV/AIDS siap melenyapkan semua orang Papua di muka bumi.
Bangkitlah Bangsaku, Melawan !
Bangkitlah Bangsaku, Wahai Papua Barat, jangan tertunduk ditindas, jangan biarkan dirimu ditindas, jangan diamkan kejahatan terhadap diri. Bangkitlah melawan, jangan diam tak berdaya terhadap kejahatan atas diri, bangsa dan negara-MU Papua Barat. Penjajahan adalah kejahatan, sikap pembiaran penyebaran HIV/AIDS adalah kekerasan, pencurian kekayaan alam Papua adalah pembunuhan.
Jangan biarkan penjajah Indonesia tanpa menentang dan melawan dengan mengatakan Papua sebagai daerah Otonimo Khusus. Otsus adalah kebohongan Indonesia untuk mencuri kekayaan alam Papua. Pemekaran adalah untuk memecah belah bangsa Papua. Dengan pemekaran Indonesia akan lebih cepat menganggkut kekayaan alam Papua. Menentang dan tolak otsus, jika tidak, penduduk beserta segala isi kekayaan alamnya akan lenyap dalam waktu 20 tahun akan datang. Bangsa Papua hanya cerita dan dongeng kerena ada niatan orang untuk melenyapkannya dari muka bumi akan menjadi kenyataan.
Catatan Penting :
Melawan, menentang tidak selalu harus menggunkan senjata, apalagi dengan berperang. Lawanlah Bangsaku, jangan diam tunduk ditindas. Bangkitlah melawan dan menentang penjajah Indonesia dengan cara, aksi demo, mogok sipil, minta bantuan dukungan kenegara lain, minta dukungan tokoh politik Indonesia sendiri (seperti kepada Gus-Dur), sebahagian dari cara perlawanan menuju Papua Tanah Damai.