SEKILAS SEJARAH AGAMA SAMAWI DI PAPUA
Penting diketahui, bahwa sebelum agama-agama besar datang berhikmat di Tanah Papua, Agama Islam sudah lebih dahulu ada di Tanah Papua. Sejak Abad ke 15, Agama Islam, lebih dulu masuk di Tanah Papua dan dibawah oleh para pegadang Muslim asal Hadralmaut (sekarang daerah, Yaman Selatan) melalui perniagaan, terutama di kawasan yang sekarang disebut sebagai berbudaya Irarutu.Kawasan itu terbentang dari ujung paling Barat sampai Tengah Timur, daerah Selatan Papua, Kepala Burung Papua, Yakni : Kabupaten Sorong Selatan, Manukwari/Bintuni dan Fak-Fak ; Meliputi Wilayah Raja Ampat Sorong, Kokoda, Bintuni, Arandai, Fak-Fak sampai di Kaimana dan juga kini di Wamena.
Sedangkan Kristen Ptotestan dibawa datang dari Jerman oleh Pendeta Otto dan Geisler yang sebelumnya mampir di Tanah Betawi, Batavia (Jakarta kini) pada tahun 1885, yang berarti 300 tahun sesudah agama Islam lebih dulu ada. (Benny Giay, Gembalakanlah Umatku, 19998).Sebelum misalnya agama Kristen Protestan datang diantar oleh Otto dan Geisler di Pulau Mansinam, Manokwari.
Pada umumnya masyarakat di Tanah Papua sama sekali belum mengenal agama manapun selain agama Islam, tapi hanya meliputi sebahagian wilayah saja dari Wilayah Papua Barat, yang disebut sebagai daerah berbudaya Irarutu yang telah disebut diatas. Agama-agama dunia yang datang berhikmat ditengah masyarakat Papua terutama di Pegunungan Tengah, hanya baru mendapatkan tempat dihati warganya dalam tahun-tahun belakangan ini saja. Sebab kehadiran utusan Injil ditolak secara habis-habisan sampai akhirnya baru dalam tahun 1980-an, bahkan ada yang baru mendapatkan pengikut dalam tahun 1990-an baru-baru ini. (Benny Giay, 1997).
Para Missionaris baru bisa ajak Orang Papua Pegunungan Tengah, masuk ke Geraja terbatas dari kalangan anak-anak mudanya saja. Secara serentak utusan Injil baru dapat membaptiskan anak-anak muda yang sebelumnya diikutkan dalam sekolah yang dibuka olah para missionaris Kristen. Padahal orang Papua penduduk paling banyak tersebar didaerah Pegunungan Tengah Papua. Missionaris bahkan tidak berani, (karena mereka anggap orang Papua kanibal), masuk menyebarkan agama di antara mereka, walaupun sejak lama mereka ketahui pemukiman padat di wilayah ini. Karena itu sampai tahun 1990-an baru-baru ini belum satupun agama samawi mampu menaklukkan agama-agama lama yang secara serius dan significant. Kecuali dengan cara mereka membakar habis adat dan budaya Papua sebagaimana yang dilakukan di Yahukimo beberapa waktu lalu yang kita dengar dimediasi oleh Sang Bupatinya.
EMBRIO PEREJUANGAN PAPUA MERDEKA
Sebagaimana sejarah agama-agama samawi dalam berkhitmat di Tanah Papua, telah dijelaskan diatas tadi. Maka penting juga diketahui bahwa sejarah embrio pemberontakan Orang Papua sudah dimulai di Raja Ampat, Sorong dan Fak-Fak, seperti diantara misalnya Raja Rumagesang Umar Sekar dari Fak-Fak di zaman pemerintahan Hindia Belanda yang kolonialis. Demikian Raja Umar Sekar, seorang Putra Asli Papua asal Fak-Fak yang beragama Islam, memulai melakukan perlawanan terhadap para penjajah Eropa, sebagai embrio evolusi Nasionalisme bangsa Papua Barat yang paling pertama yakni pada tahun 1934 di Papua Barat. Sehingga ia sendiri meninggal dipengasingan, yang sebelumnya keluar masuk penjara di Holandia (Jayapura), karena dipenjarakan oleh pemerinrtah kolonial Hindia Belanda dalam pertikaian monopoli (penguasaan) atas buah Pala di Fak-Fak kala itu. Belakangan Raja Muslim pemberontak ini meniggal di pengasingan di Pulau Nusakambangan. (Natalis Pigay, 2000).
Dalam banyak karangan ilmiah para ahli sejarah demikian melaporkan bahwa Islam adalah agama pertama yang datang dan dibawa masuk ke Tanah Papua oleh para perantau melalui perniagaan berasal dari Hadral maut, (baca, Yaman Selatan). Demikian bukti dan data secara ilmiah oleh para ahli seperti sejarawan dan antropolog pertama dan terutama asal Papua kelahiran Pulau Biak. Dr. J.R. Mansoben, Benny Giay, dan F.C. Kamma mengakui.
Semua ahli mengatakan yang intinya sama, bahwa kecuali didaerah Pegunungan Tengah yang penduduknya padat, terisolir dari daerah lain. Diderah Raja Ampat, Sorong misalnya; Oleh F. C. Kamma mengagatakan bahwa Sultan Tidore dan Ternate secara berrgantian membawahi kerajaan di Kepulauan Raja Ampat, Sorong dan Fak-Fak, Kokas, dan Teluk Arguni dalam pengaruh agama Islam yang kuat.
Bahkan dalam sejarah Orang Papua diakui oleh Natalis Pigay dalam bukunya tentang Sejarah, "Evolusi Nasionalisme dan Konflik Politik di Papua", bahwa Pergerakan dan Pemberontakan Papua Merdeka, embrionya dimulai oleh para pemimpin muslim di Fak-Fak maupun di Raja Ampat, Sorong lebih dini, sebelum kesadaran daerah lain muncul.
Dalam bukunya yang di beri pengantar oleh Dr.Lance Castles, MA (dosen tamu UGM dari Austalia). Mengakui bahwa Raja Muslim dari Raja Ampat, Sorong yang bernama Abdullah Arfan mendirikan Paprtai Politik, SSM (Samas-Sama Manusia) untuk menuju penentuan nasib Papua terpisah dari Indonesia/NKRI. Demikian juga buku yang dikumpulkan hasil karangan para aptenar Belanda yang bertugas di Papua Barat dekade 1950-1960-an akhir, yang berjudul : BELANDA DI IRIANJAYA 1945-1963, para penulis yang terdiri dari orang Belanda ada menyebut bahwa orang-orang Papua, seperti Abdullah Arfan dari Raja Ampat adalah ketua Partai SAMA-SAMA MANUSIA (PSSM), yang menginginkan Papua harus terlepas dari berbagai Pangkuan asing termasuk Indonesia/NKRI.
IJTIHAD POLITIK MUSLIM PAPUA
Dari berbagai paparan sejarah menunjukkan, walaupun sudah tidak penting, namun demikian secara significant keterkaitan Islam sebagai suatu agama/budaya sekaligus disatu sisi, dan para pemimpin Muslim Papua, dalam Gerakan Perjuangan Papua Merdeka disisi lain menunjukkan bahwa keterkaitan yang sangat kuat sampai-sampai Islam includ dari perlawanan itu, sehingga dapat lebih dulu tampil kedepan, terutama dalam menyemangati para Pemimpin Muslim untuk tampil membela kebenaran diatas mayoritas rakyat Papua yang animisme dan pemeluk agama lain Islam.
Keunikan dan kehebatan kebenaran agama Islam sebagaimana para pemimpin Muslim yang diperlihatkan dalam sejarah diatas menjadi sangat penting bagi Musliim Papua. Tidak saja bahwa para perintis Papua merdeka adalah termasuk para Pemimpin Muslim, namun yang paling penting diperhatikan adalah nilai-nilai islam yang diajarkan sehingga dianut oleh para pemimpin Islam Papua seperti itu barangkali yang terpenting untuk Muslim Papua hari ini untuk perkembangan kedepan sebagai elaborasi rekontruksi pemikiran dan sekaligus gerakan oleh generasi muda muslim sebaiknya diperhatikan sebgai gerakan "Ijtihad Politik Muslim Papua".
Dalam rangka ini Sekjen Papua Merdeka (baca, PDP), Al-Mukarrom, Muhammad Thoha Al-HAmid, telah memulainya, adalah sebagai bukti bahwa Muslim Papua selalu terdepan dan orang yang selalu pertamakali yang tampil membela atas penindasan nasib dan masa depan Papua. Beliau dengan berani menyatakan serta tampil membela hak-hak asasi, demokrasi dari kolonialisme bangsa Indonesia atas bangsa Papua Barat. Demikian juga selalu dan dimana-mana para pemimpin Muslim bila di ganggu oleh orang bangsa asing.
Lalu kalau begitu mengapa dalam sejarah pemberontakan dinegeri-negeri jajahan hampir selalu dan selamanya muncul para pemimpin Muslim (sekalipun mereka minoritas) untuk membela rakyat mayoritas dan tanah air bangsanya untuk membebasakan diri dari hegemoni asing dan kolonialisme? Jawaban atas pertanyaan ini tidak lain, tidak bukan, tapi Islam jawabannya. Islam adalah agama pembebasan, Islam adalah agama kemerdekaan, karena Islam agama kemanusiaan atas kebiadaban, dan sifat kebinatangan manusia.
Islam hadir untuk memperbaiki kehidupan manusia, terutama akhlaq serakah, kerakusan, penindasan, hampir selalu dan dimana-mana Islam hadir tampil kedepan untuk membebaskan umat manusia. Demikian yang terjadi di Amerika Serikat Oleh Black Moslem, Elijah Muhammad, Malkom X, pemimpinnya Muhammad Ali, Petinju terkenal, atau Karim Abdul Jabbar, Pebasket terkenal dunia. Demikian juga yang terjadi di Timor-timor, bahwa Mari' Al-Katiri, seorang Putra Timor, yang masih berdarah Hadrol Maut (Yaman Selatan). Adalah tidak lain kecuali disemangati oleh nilai-nilai Islam yang terkandung didalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, yang diberi teladan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagi sudi teladan, sebagai pemimpin politik di dunia yang sangat berhasil dikagumi oleh orang Barat dewasa ini sebagai satu-satunya pemimpin politik secara cemerlang menguasai separuh dunia.
Demikian juga yang terjadi dengan di Ethiopia (Habasya, Zaman Nabi Muhammad pernah Hijrah dinegeri ini), bahwa para pemimpin islam dinegeri itu tampil kedepan dinegeri mayoritas umat beragama Nasrani untuk membela kebebasan dan kemerdekaan. Demikian juga yang dilakukan oleh Syaikh Yusuf Al-Makassari di Afrika Selatan, (seorang ulama keturunan Sulawesi Selatan, di negeri orang kulit hitam dalam politik apartheid yaitu politik perbedaan antara kulit putih dari Eropa dan Orang Hitam Afrika). Demikian yang terjadi di India oleh para Mullah yang dapat kita saksikan.
Tapi pertanyaannya kembali bahwa mengapakah Para Pemimpin Muslim, berani dan lebih dulu tampil kedepan membela hak-hak rakyat dan tanah air bangsa manapun dan dinegeri apapun? Adalah suatu pertanyaan yang tidak banyak yang ingin ditelusuri oleh kalangan intelektual Papua dewasa ini. Maka itu dalam tulisan dengan judul; "Ijtihad Politik Muslim Papua" adalah salah satu usaha menjelaskan kepada para pejuang papua Merdeka dari umat penganut agama lain, disatu pihak dan para mahasiswa Papua sebagai pioneer dan motor yang memegang tongkat estafet kepemimpinan Papua Merdeka, dipihak lain ingin dijelasakan disini.
Sehingga selama ini misalnya, tanpa menjelaskan secara mendasar bahwa apologi orang Papua dengan mengatakan bahwa Islam dan Muslim Papua beda dari Indonesia. Maka inilah hakikat dari lansadannya dari argumenatasi pembelaannya itu, yang sesungguhnya bersumber tidak lain tapi dari nilai-nilai agama Islam sendiri, sebagai agama kelanjutan Yahudi, Kristen dari sumber dan sekaligus kakek para pendiri Agama besar dunia yang ditenggarai sebagai agama samawi yakni Baginda Nabi Ibrahim AS/Abaraham.
A. Landasan Teologis
1."Yaa Ayyuhannasu Inna Kholaqnakum Minzdakari Waunsta Waj'alnaakum syu'uubauw Waqobaa ila Liat'arofuu. Inna akromakum 'indallahi Atqookum. Innallaha' Aliimun Khobiir": Terjemahan bebas; Artinya : "Wahai manusia sesungguhnya Kuciptakan kamu seorang laki-laki dan perempuan, dan Kujadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa bangsa agar saling kenal mengenal diantara kamu sekalian. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Alloh paling mengetahui demikian itu".
2. "Laisal birro antuwalluu wujuhakum qibalal masyriqu walmaqhrib, walakinnal birro, antu'minu billahi walyaumil akhir, waaatalmaala 'alahubbihi dawil qurba wal yatamaa wakmasakiin wabnassabiil-Akhir".
Terjemahan bebas ;Artinya : "Bukanlah kebaikan itu engkau menghadapkan wajahmu kearah barat ataupun kearah timur, akan tetapi kebaikan itu adalah engkau beriman kepada Alloh dan percaya pada hari akhir (hari kiamat), dan memberikan harta benda kepada kepada oarang orang yang di cintai dari kerabat keluarga dekat, orang miskin, ibnu sabil ...(sampai dengan 7 asnab yang lain yang diwajibkan dalam kewajiban zakat dalam ajaran islam bagi muslim yang mampu)".
3. "Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya'budunTerjemahan bebas;Artinya : Tidaklah Ku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribah kepada-Ku4. Kullu mauludin yuuladu 'alal fitroh, fabawahu yuhawwidanihi, aw yunashironihi, aw yumajisaanihi". HR. Bukhori Muslim.
Terjemahan bebas; Artinya : "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci, maka yang menjadi ia sebagi sepanganut apapun nilai lain disebabkan oleh lingkungan dan keluarganya". HR. Bukhori Muslim.
Wallahu'alam Bishowab
Suara Merdeka
Muslim Papua
Tiada ulasan:
Catat Ulasan