Bismillaahirrahmaanirrahiim.
ANTARA MANUSIA DAN BINATANG
Muhammad al Qubra
ACHEH - SUMATRA
MENYOROT AL 'ADIAT KONSEPSI PERBANDINGAN ANTARA KETAATAN BINATANG KEPADA TUANNYA DAN MANUSIA KEPADA TUHANNYA.
Demi kuda perang yang berlari kencang dengan (nafasnya) yang terengah-engah (1). Dan kuda yang mencetuskan api dari pukulan (kuku kakinya) (2). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu subuh (3). Maka ia menerbangkan debu (4). Dan kuda yang menyerbu (masuk) ke tengah-tengah perkumpulan musuh (5). Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya (6). Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya itu (7). Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta (8). Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam qubur ? (9). Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada ? (10). Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu mengetahui keadaan mereka (11).
Dalam surah Al 'Adiat ini Allah bersumpah atas nama kuda bahwa sesungguhnya manusia itu sangat ingkar dan tidak berterima kasih terhadap Tuhannya.
Justru itu marilah kita kaji kenapa sampai Allah sendiri menyatakan bahwa sesungguhnya manusia itu ingkar, tidak berterima kasih kepadaNya dan bakhil.
Ada dua jenis makhluk yang dapat kita buat perbandingan dari surah Al 'Adiat ini yaitu antara binatang dan manusia. Binatang disini diwakili kuda. Kuda adalah binatang yang konon dulunya (ketika surah ini diturunkan) di gunakan manusia sebagai kenderaan dalam berperang, satu-satunya sebagai pasukan kavalerinya. Kuda itu tidak mengharapkan banyak pada tuannya (baca pemiliknya) kecuali segumpal rumput. Kendatipun demikian kuda memiliki kepatuhan luarbiasa kepada tuannya. Lihatlah ketika tuannya membangunkannya di waktu pagi-pagi benar, dia tak pernah mengatakan pada tuannya bahwa dia belum cukup tidur, dia tak pernah menanyakan pada tuannya apabila dia dibawa untuk bertempur, dia tidak pernah menanyakan pada tuannya bila dia mati dalam pertempuran itu. Dalam hal ini bukanlah disebabkan dia tidak dapat berbicara. Buktinya, dia langsung bangun ketika tuannya membangunkannya walau pagi-pagi benar sekalipun. Kenapa ? Demi mengharapkan segumpal rumput sebagai makanan dalam hidupnya.
Lihatlah bagaimana kencangnya kuda berlari sampai-sampai nafasnya terengah-engah, bagaimana kencangnya kuda berlari sampai mencetuskan api dari pukulan kuku kakinya, bagaimana beraninya kuda menyerang dengan tiba-tiba di waktu subuh, bagaimana dia lari sampai menerbangkan debu, lalu masuk ke tengah-tengah perkumpulan musuh.
Namun lihatlah kebanyakan manusia yang banyak sekali menggantungkan harapannya pada Allah, Tuhan mereka. Manusia mengharapkan kemerdekaan sebagaimana bangsa Acheh Sumatra, bangsa Chechenia, bangsa Bosnia, bangsa Palestina dan bangsa-bangsa lainnya. Manusia mengharapkan ketentraman, kesehatan, keadilan, kesenangan dan sebagainya. Namun lihatlah ketika manusia dibangunkan Allah, Tuhannya di waktu pagi-pagi benar untuk Shalat Subukh yang hanya menghabiskan waktu lebih-kurang 30 menit, kebanyakan dari mereka lebih senang menikmati tidurnya.
Islam Kaffah tidak hanya Shalat, namun andaikata shalatnya saja tidak digubris, sirnalah imannya kendatipun di depan manusia mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman, sebaliknya Allah menyatakan mereka tidak beriman (Q.S, 2: 8 -20). Sementara sebahagian manusia sangat peduli tentang shalatnya, namun mereka mengabaikan "hablum minannasnya" Hablum minannas bukanlah sebatas baik hubungannya saat shalat berjamaah, apa artinya sementara saudara kita merintih di gubuk-gubuk reot. Shalat, puasa, zakat naik Haji dan latin-lain sebagainya tak ada arti sama sekali kalau Aqidah nya tidak betul, kalau pedoman hidupnya bukan Al-Qur-an, kalau tidak mendambakan agar berlakunya hukum Allah di negrinya dan juga dipermukaan Bumi ini, untuk apa ? Untuk membebaskan kaum dhu'afa dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (Q.S,7:157)
Pembaca yang mulia !
Andaikata kita melihat seseorang yang menunggang kuda namun orang tersebut tidak sanggup bangun pagi-pagi benar untuk memenuhi perintah Tuhannya, yakinlah bahwa derajat orang tersebut dibawah kuda kendatipun dia duduk diatas kuda. Maafkan saya. Ini bukan fatwa saya sebagaimana ada orang dimilis ini yang menuduh saya mendahului Allah. Bagi orang-orang yang mampu befikir pasti memahami bahwa orang-orang yang benar-benar beriman senantiasa berpedoman pada pernyataan Allah sendiri, bukan fatwa manusia. Sebaliknya bagi orang-orang yang tidak mampu berfikir sebaiknya belajar pada orang-orang yang mampu, bukan sekedar melambungkan bantahan yang tidak sesuai dengan keadaan dirinya.
Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
ACHEH - SUMATRA
----------
Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.