Ahad, 2 Disember 2007

PAPUA KRISIS PEMIMPIN

Mencari Sosok Pemimpin Papua sepeninggalan Theys Hiyo Eluay

Praktis sudah tidak ada lagi pemimpin sekaliber Theys Hiyo Eluay. PDP pasca martirnya, Pemimpin Papua yang refresentatif mendiang Theys H Eluay, kelihatan belum muncul pemimpin sebesar dan seluas pengaruh Theys. Kini Papua krisis kepemimpinan. Akibatnya dewasa ini nampak sekali kelemahan dalam perjuangan berhadapan dengan Indonesia. Kekalahan demi kekalahan telah banyak menuai rakyat Papua Barat. praktis tanpa perlawanan dan manuver politik oleh pemimpin, kecuali hanya letupan sedikit-sedikit yang dimainkan Sekjen PDP (Thaha Al-Hamid) tidak berarti, kecuali melahirkan beberapa penyakit masyarakat, seperti; wacana pemekaran Irian Jaya Selatan dan pengucurana dana Otsus oleh pemerintah sebagai senjata satu-satunya yang paling ampuh untuk melemahkan para pemimpin Papua Barat, adalah lagu lama Indonesia yang kita tahu bersama dimainkan Jakarta.

Sejak Otsus diterima dengan kompromi oleh para pejuang PDP, sebagai kekalahan di pihak Papua, Jakarta semakin "gila" merambah, diantaranya dengan mengucurkan uang pinjaman luar negeri membuat para Pemimpin (pejabat) semakin menibobokan saja tanpa menyadari bahwa kekayaan alam Papua semakin terkuras, rakyat tanpa ada kesejahteraan, kematian sebagai usaha genosida terus dilakukan oleh TNI/POLRI di Papua Barat dengan senjata berupa racun dan penyakit mematikan HIV/AIDS. Bahkan terakhir ini dengan issu peluncuran satelit di Biak Papua Barat adalah contoh lain bahwa kita dan para pejuang Papua total kalah bertekuk lutut dikaki SBY-JK dihadapan Internasional.

Penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS dan makanan / minuman bercun belum lagi habis. Indonesia membuat issu baru peluncuran saltelit di Biak adalah pengalihan issu penyebaran makanan dan minuman beracun sebagai proyek pembunuhan oleh militer Indonesia (TNI/POLRI)secara sitematis tanpa menggunakan senjata sangat kelihatan dimainkan oleh Jakarta tapi belum banyak disadari sisa pemimpin yang ada di manapun orang Papua. Anehnya Indonesia tidak merasa bertanggunggung jawab atas banyak kematian dan penderitaan Orang Papua Barat. Hal ini terbukti dari ketidak seriusan pemerintah Indonesia memberantas/mengatasi berbagai masalah di Papua
akhir-akhir ini. Kelihatan sekali bahwa Menteri Kesehatan tidak perduli akan banyak kematian rakyat Papua Barat yang tidak berdosa oleh penyakit HIV/AIDS dan makanan/minuman beracun secara sia-sia yang berlangsung dewasa ini.

Mengapa hal ini semua dibiarkan oleh Indonesia dan para pemimpinnya ? Menteri Kesehatan Fadhilah Supari membiarkan dan tidak peduli dengan Rakyat Papua Barat mati terinveksi HIV/AIDS dan makanan/minuman beracun? Mengapa masalah Otsus belum dilaksanakan secara konsisten, rakyat Papua Barat diperhadapakan lagi dengan soal pemekaran Irja Selatan, kemudian kini dengan peluncuran satelit di Pulau Biak Papua Barat? Kita tidak berhak menjawab dan memang kita tidak tahu jawab atas persoalan ini. Pertanyaan ini bagian Indonesia untuk di jawab dan mengklarifikasinya kepada kita rakyat Papua Barat.

Tapi yang terpenting bagi rakyat Papua adalah bagaimana memiliki seorang pemimpin yang dapat membawa mereka keluar dari NKRI yang bagaikan api neraka. Jawabannya hanya satu, Papua saat ini krisis Pemimpin sekelas, Oskup Bello, Nelson Mandela, Uskup Tutu, Xanan Gusmao, Soekarno, Cut Nyak Din, Malcom X, Martin Luther King Jr, Ayatullah Imam Khumaini, Mahatma Ghandy, Theys Hiyo Eluay. Papua saat ini belum memiliki seorang pemimpin yang legitimid dan kuat yang revolusioner yang berarti, adalah akibat langsung stagnasi gerakan perjuangan saat ini menjadi masuk akal kalau kemudian perjuangan disatu pihak dan pembunuhan rakyat Papua secara sistematis berjalan tidak ada perlawanan secara massal dilakukan di Papua Barat.

Kalau begitu harus bagaimana untuk mengatasi ini? Dialog Nasional tidak dizinkan atau dilarang Indonesia, kongres ke sekian kali OPM/PDP juga dilarang Indonesia. kalau begitu harus bagaimana? Saya juga tidak tahu, harus bagaimana, tapi masalah kita, masalah Papua Barat, saat ini adalah krisis kepemimpinan alias tidak ada pemimpin refresentatif (diakui digunung dan dipesisir/pulau) sebagai seorang pemimpin nasional Papua untuk meyatukan semua umat/rakyat Papua yang pluralistik. Sehungga rakyat Papua memiliki rasa kepastian politik bukan gula-gula otonomi khusus dan pemekaran boneka, made in Indonesia.

Penulis adalah rakyat Papua Barat biasa, tinggal di negera പെഞ്ഞജത്