Sabtu, 1 Disember 2007

MEREKA MEMPERTAHANKAN DIRI BUKAN KANIBAL

"Kelakuan Kanibal Pejuang-pejuang Papua" .

Demikian judul artikel Rumasep dalam milis ini.

Dikatakannya sebagai Pejuang tapi selakigus juga mengatakan "Kanibal" atau 'manusia makan manusia'. Secara ilmiah istilah "kanibal" adalah terminologi dari perbendaharaan ilmu antropologi/sosiologi. Maka dengan sendirinya istilah ini digunakan dalam laporan para antropolog yang meneliti suku-suku di dunia yang memiliki tradisi/budaya, seperti apa yang dikatakan Yosep Rumasep, sebagai "Kanibal". Maka istilah ini tidak pas tapi juga tidak pantas jadinya, jika yang dimaksudkan adalah pejuang Papua.

Namun secara sengaja atau tidak tapi agak "tendesius" istilah ini diarahkan kepada Pejuang Papua. Tidak begitu jelas "siapa" yang dimaksud pejuang Papua itu, mengingat banyaknya atau hampir semua orang Papua Asli adalah bukan tidak lain Pejuang Papua, minimal secara potensial, tidak dalam sturuktur organ perlawanan. Tapi secara keliru dan tidak tepat istilah 'kanibal', diarahkan pada pejuang Papua, maka agak menjadi berbeda, baik implikasi maupun muatan emosi.

Sebab itu tuduhan Yosep Rumasep tidak berdasar,sehingga tuduhannya menjadi tendesius, aneh, bagi Pejuang Papua. Tulisan ini dikhususkan untuk menjawab tuduhan Rumasep, dari judul artikel ;"Kelakuan Kanibal Pejuang-pejuang Papua", yang menjadi tidak jelas bagi orang Papua, terutama Pejuang Papua dengan OPM-nya yang memang tidak pernah makan siapa, adalah persoalannya yang ingin dikupas.

MEREKA MEMBELA DIRI BUKAN KANIBAL

Memang benar ada terjadi bentrok fisik antara pejuang Papua dari OPM/TPN-nya dengan TNI, namun jika dikatakan "kanibal" maka tidak saja tidak memahami konteks persoalan sosial politik Papua, tapi lebih dari itu, tuduhan itu tanpa dasar, karena itu tuduhan "kanibal" tidak mendasar dan tidak berdasar . Sebab "Kanibal" adalah istilah ilmiah yang digunakan oleh para ahli atau peneliti antropologi dan istilah ini tidak dikenal dalam perkamusan politik.

"Kanibal" atau manusia makan manusia, umumnya terdapat dalam budaya-budaya masyarakat terasing bangsa-bangsa dunia, baik ditimur maupun dibarat pada masa lalu. Maka dengan demikian tidak terjadi dalam tradisi Pejuang Papua dan apalagi kelakuan Pejuang Papua, sebagaimana tuduhan Rumasep.

Dikatakan sebaliknya, maka benar bahwa, secara sistematis implikasi politik kontemporer oleh Indonesia dewasa ini dapat saja di interpretasi sebagaimana asumsi Rumasep. Landasan asumsinya bahwa kolonisasi, aneksasi dan despotisme atas budaya dan Adat orang Asli Papua adalah persis " kanibalisasi" sebagai lain istilah genosida.

Sebab kanibalisasi yang kita saksikan saat ini, justeru dilakukan oleh Indonesia dengan angkatan militernya, TNI/POLRI terhadap pejuang Papua (baca; OPM/TPN). Pembunuhan terhadap aktifis Papua oleh Indonesia tidak saja tidak berakibat, mereka tidak makan manusia melainkan bunuh manusia Papua untuk makan kekayaan alam manusia Papua termasuk jabatan birokrasi dalam Otsus saat ini. Maka ini bisa dikategorikan sebagai kaniballisme.

Frasiologi kanibal tidak tepat sebagaimana dimaksudkan Rumasep, sebagai suatu terminologi bagi pejuang Papua, karena kanibal bukan perbendaharaan politik, melainkan antropologi, tetapi kesalahan fatal adalah landasan fallecy logika berfikir Rumasep yang menyesatkan. Agaknya Rumasep tidak tahu, atau, tidak mau tahu, bahwa; dominasi Indonesia dan suku Melayu-nya dapat menyebabkan akulturasi dan inkulturasi sebagaimana Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Tapi apa yang akan terjadi di Papua dengan jumlah penduduk asli 2 juta jiwa kurang adalah sebaliknya unnilihilisasi etnis Papua.

Genuinitas Papua, sebagai akibatnya sudah akan punah, dalam konteks hegemoni dan dominasi sosial budaya Suku Asia Melayu (Indonesia,sekarang ini), dan akibatnya sangat berbahaya bagi Asli atau Asal Papua. Lebih-lebih hal ini akan terjadi jika Papua tidak berusaha memisahkan diri. Proses unnihilisasi diawali dengan politik aneksasi (penggabungan Papua ke NKRI), lalu pembunuhan dengan alasan sebagai separatis, lalu penghancuran budaya sebagai alasan kesatuan dan persatuan nasionalisme Indonesia. Itu semua kini sudah dimulai dan berlangsung dalam kondisi Papua dibawah tekanan politik yang dempendent.

Implikasi politis demikian adalah pengamatan tidak mudah dan yang tidak mudah disadari kita semua termasuk Saudara Rumasep. Indonesia dan agent-nya sengaja atau tidak bukan tanpa menyadari implikasi ini. Maka dengan sendirinya bangsa Papua yang minoritas -2 juta jiwa- tidak tahan atas integrasi dan cenderung resistence atas integrasi ini.

Namun yang paling banyak mengambil keuntungan atas integrasi yang dipaksakan ini adalah mereka yang secara kultural dapat diterima dan menerima kultur melayu asia yang muslim. Mereka tanpa banyak banyak kesulitan dapat secara baik beradaptasi, namun yang paling sulit beradaptasi adalah orang Papua Asli yang berada di Papua sejak dahulu kala, tanpa ada sentuhan budaya melayu di pegunungan umumnya.

Banyak yang tidak menyadari apa yang dilakukan Indonesia sebagai; proyek raksasa unnihilisasi Papua, lambat atau cepat, tapi yang cepatnya adalah dengan adanya exploitasi SDA dan HIV/AIDS, dan lambatnya adalah sosial budaya yang sudah sama tahu tidak penting lagi dijelaskan disini, yang terjadi dalam konteks politik Indonesia dewasa ini. Memang ada upaya yang secara sengaja dilakukan orang Indonesia, yang dikatakan sebagai : "Genosida",sebagai, ramai dibicarakan orang saat ini, namun lebih tepat secara leksikal dikatakan unnihilisasi / pelenyapan, suku dan etnis Papua.

Karena itu tuduhan "kanibal" pada Pejuang Papua atau TPN/OPM sama sekali tidak tepat. Kanibal, justeru sebaliknya dari maksud Rumasep, justeru dipraktekkan didepan mata rumasep dan dipertontonkan akan manusia Asia Tenggara makan Manusia Melanesia di Fasifik (Papua Barat).

OPM/TPN adalah alat pertahanan diri, karena itu tidak ada kanibal. Pejuang Papua bahkan tidak pernah makan manusia dan tidak akan pernah mau makan manusia dan akan terus berniat untuk tidak mau makan manusia suku lain dari Indonesia manapun. Tapi Pejuang Papua akan tetap dan terus mempertahankan diri. Walaupun dengan persenjataan yang sangat, sekali lagi, sangat, tidak seimbang, sebagai pertahanan diri, dari kanibalisme Bangsa Indonesia yang berimplikasi "genosida" /Unnihilisasi.

TPN/OPM selalu harus mempertahankan diri atas potensi Bumi dan Tanah Tumpah Darah Bangsa Papua. Dengan Landasan bahwa, Bangsa Papua, tetap harus mempertahankan diri dari aksi-aksi brutal TNI/POLRI yang kolonialis atas kedaulatan harkat dan martabat Bangsa Papua Asli, bersamaan dengan bumi serta alam kekayaannya.

Kanibalime yang dimaksudkan Yosep menjadi tradisi suku-suku tertentu di bangsa-bangsa Amerika Selatan (Indian) dan juga di di daerah Pasifik pada masa silam. Maka tidak dapat dipertanggunggjawabkan, bahkan terasa aneh dan menyakitkan Pejuang Papua. Dan dalam tradisi suku-suku pedalaman di bagian dunia lain dapat dipelajari dalam buku-buku antropologi sejarah. Namun hal demikian, ada dalam "kelakuan Pejuang Papua" suatu tuduhan emosional tapi juga tidak berdasar sama sekali, mengingat tuduhannya tanpa bukti dan menjadi bias akhirnya.

Tuduhan tanpa kesaksian, melainkan, menjadi saksi sendiri, maka kesaksiannya tidak dapat dijadikan alasan yang dapat diterima. Karena secara istilah yang digunakannya disamping salah kaprah, -tapi juga- tuduhannya tanpa bukti-bukti dan saksi, bahkan tanpa melalui praduga tak bersalah. Kesalahan Rumasep adalah kesalahan yang sangat "telanjang" dalam artikel tulisannya.

GENOSIDA ADALAH "KANIBALISME" TERSELUBUNG

Mengunakan istilah 'Kanibalisme'-nya Rumasep, bahwa pembunuhan orang Papua, perampokan kekayaan Alam Papua, yang berlangsung saat ini adalah "KANIBALISASI", Indonesia atas Bangsa Papua Asli, yang ramai di bicarakan orang sebagai "Genosida" oleh pemerhati sosial baik dalam pertemuan ilmiah, maupun oleh ;Pejuang Papua, pejuang hak asasi manusia, pejuang lingkungan hidup, media massa diberbagai kesempatan, termasuk dimilis ini.

Tapi sangat mengherankan, bagi kita, jika dikatakan sebaliknya, dari realitas kondisi obyektif yang terjadi sesungguhnya. Agak aneh, memang! Judul tulisan ini : "Kelakuan Kanibalisme Pejuang-Pejuang Papua", demikian dikemukakan oleh "orang ini" sebagai tuduhan yang pada akhirnya tanpa landasan. Namun jika ia mengatakan sebaliknya maka bahwa secara ekstrinsik 'Kanibalisme' sedang dipraktekkan Indonesia terhadap Bangsa Papua.

Namun sayang Rumasep kurang jeli atau malah dangkal dalam analisanya, sehingga terjebak pada partialisme subyektif. Kerangka logika demikian konklusinya logika situasional. Logika situasional kategoris yang dapat menjebak pada diri Rumasep memiliki interest terhadap Adat dan Budaya Papua yang parsialistik dari idealisasi Rumasep. Asumsi demikian melahirkan sektarianisme primordial yang sentimental dari universalitas issu tanpa ada pijakan postulat-postulat obyektif. Imlpikasinya jelas, kerangka logika amburadul. Maka wajar kerangka logikanya sederhana, dengan dasar logika yang kurang mendasar.